Setelah beberapa hari kacau di awal April yang memperkuat kekhawatiran bahwa investor asing mulai menarik diri dari aset-aset AS, obligasi pemerintah (Treasury) berhasil pulih dan mencatatkan kenaikan bulanan keempat secara beruntun. Sementara itu, dolar mengalami penurunan bulanan terburuk sejak 2022.
Gambaran makroekonomi tetap menjadi fokus utama di tengah laporan keuangan korporasi. Pada sesi perdagangan larut malam, Microsoft Corp dan Meta Platforms Inc mencatatkan penjualan yang melampaui ekspektasi, menandakan bahwa permintaan belum terpengaruh oleh tarif. eBay Inc memberikan proyeksi optimistis untuk kuartal ini, sementara prediksi pendapatan dari Qualcomm Inc terbilang datar.
Bagi Louis Navellier, arah pergerakan pasar selanjutnya sangat bergantung pada perkembangan tarif.
“Jika dalam waktu dekat kita mendengar serangkaian pengumuman bahwa kesepakatan dagang tercapai, maka optimisme akan meningkat, dan The Fed kemungkinan akan segera memangkas suku bunga,” ujar Chief Investment Officer di Navellier & Associates itu. “Namun jika negosiasi berlarut selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan, kerusakan pada rantai pasok dan inflasi jangka pendek yang tak terhindarkan bisa memicu kekhawatiran stagflasi, yang berpotensi sangat merugikan pasar saham.”
Saham-saham sempat merosot pada Rabu (30/04/2025) pagi setelah sebuah laporan menunjukkan bahwa ekonomi AS menyusut di awal tahun—untuk pertama kalinya sejak 2022—akibat lonjakan besar impor menjelang tarif diberlakukan. Namun pasar mulai rebound setelah data terpisah menunjukkan lonjakan belanja konsumen, sementara indikator inflasi utama melambat.
Paling tidak, menurut Bret Kenwell dari eToro, kondisi ini bisa meredam kekhawatiran bahwa The Fed tak bisa memangkas suku bunga jika pasar tenaga kerja mulai melemah, meski pejabat bank sentral kemungkinan masih memerlukan bukti lebih lanjut bahwa inflasi benar-benar mereda.
Menurut Krishna Guha dari Evercore, data pada Rabu memberikan gambaran yang lebih jelas bagi investor dan The Fed tentang kondisi ekonomi menjelang dampak tarif. Namun, menurutnya, seberapa besar dampak tersebut baru akan terlihat jelas di kuartal ketiga.
“Ini menempatkan The Fed dalam dilema—apakah menunggu hingga Juli atau September, atau justru mulai memangkas suku bunga pada Juni karena risiko keterlambatan terlalu besar, meski mereka belum sepenuhnya mendapatkan kejelasan atas prospek ekonomi,” ujar Guha.
Di pasar swap, para pelaku pasar meningkatkan taruhan mereka atas kemungkinan empat kali pemangkasan suku bunga masing-masing sebesar seperempat poin hingga akhir tahun, dengan pemangkasan pertama diperkirakan terjadi pada Juli.
Meski ekonomi mengalami kontraksi, rincian dalam data produk domestik bruto (PDB) menunjukkan bahwa beberapa pendorong utama masih berada pada posisi yang cukup kuat di awal tahun.
Namun, untuk jangka panjang, para peramal ekonomi memperkirakan bahwa tarif yang lebih tinggi akan memicu guncangan pasokan, menantang pelaku usaha, dan menyebabkan penurunan permintaan. Tarif balasan dari negara lain juga akan menghambat ekspor, menciptakan kondisi yang sulit untuk sisa tahun ini dan membuat peluang resesi seimbang seperti lemparan koin.
“Itu semua terjadi di kuartal pertama,” kata Neil Dutta dari Renaissance Macro Research. “Sekarang, ketidakpastian menjadi musuh pertumbuhan—dan juga musuh dari pemangkasan suku bunga oleh The Fed.”
(bbn)






























