Logo Bloomberg Technoz

Wall Street Bangkit Meski Bayang-Bayang Resesi AS Menguat

News
01 May 2025 06:00

Bursa saham AS atau Wall Street. (Bloomberg)
Bursa saham AS atau Wall Street. (Bloomberg)

Rita Nazareth dan Lu Wang - Bloomberg News

Bloomberg, Wall Street kembali menunjukkan penguatan signifikan setelah saham-saham mencatatkan lonjakan di akhir perdagangan, meski kekhawatiran terus berkembang bahwa perekonomian Amerika Serikat (AS) bisa terpuruk akibat perang dagang yang dipicu Donald Trump.

Bulan penuh gejolak di pasar ditutup dengan nada serupa. Indeks S&P 500 berhasil membalikkan penurunan 2%—untuk pertama kalinya sejak 2022. Optimisme bahwa pembicaraan dagang akan berlangsung konstruktif mengangkat sentimen pasar, menyusul laporan bahwa AS secara aktif menjalin komunikasi dengan China melalui berbagai saluran. Di sisi lain, sejumlah investor berspekulasi bahwa bank sentral AS atau Federal Reserve (The Fed) akan segera mengambil langkah kebijakan untuk mencegah resesi.


“Data ekonomi yang lemah bisa mempercepat pemangkasan suku bunga oleh The Fed,” ujar Fawad Razaqzada dari City Index dan Forex.com. “Saat ini, peluang The Fed untuk turun tangan lebih awal lewat pemangkasan suku bunga kian besar guna menopang ekonomi yang melemah. Data yang lemah juga bisa mendorong Trump untuk melonggarkan tarif dan mempercepat kesepakatan.”

Sepanjang bulan ini, gejolak besar menerpa aset-aset AS. Perang tarif yang berkembang cepat di bawah Trump mendorong S&P 500 ke ambang pasar bearish, dengan penurunan hampir 20% dari rekor tertinggi pada Februari hingga 8 April. Indeks tersebut kemudian pulih sekitar setengah dari penurunan itu, meski tetap mencatat penurunan bulanan ketiga berturut-turut—rangkaian penurunan terpanjang sejak 2023.