Logo Bloomberg Technoz

Direktur Utama IBC Toto Nugroho sebelumnya mengakui hingga saat ini perseroan belum bisa merealisasikan akuisisi 5% saham di pabrik sel baterai kendaraan listrik milik HLI Green Power yang berlokasi di Kabupaten Karawang, Provinsi Jawa Barat.

Toto menyebut rencana IBC masuk ke konsorsium LG Energy Solution Ltd (LGES) dan Hyundai Motor Group tersebut masih terganjal lantaran kelengkapan dokumen untuk valuasi perusahaan belum bisa terpenuhi.

"Kenapa kami belum bisa eksekusi ini? Jadi dari sisi LGES-nya sendiri, dokumen-dokumen yang kita perlukan untuk valuasi dari perusahaan ini kami tidak diberikan secara utuh dari mereka sehingga kami tidak bisa masuk 5% di [proyek] Omega ini," kata Toto dalam rapat bersama Komisi XII, Senin (17/2/2025).

Toto juga menyebut IBC pernah meneken memorandum of understanding (MoU) dan kesepakatan transaksi awal atau head of agreement (HoA) untuk mengakuisisi 5% saham HLI Green Power.

"Jadi ini yang kami laporkan konsisten, kami akan terbuka saja, waktu itu yang kita rencanakan apa, terus realisasinya seperti apa," tutur Toto.

Terkait dengan progres Proyek Omega sendiri, Head of Corporate Strategy PT Hyundai Motors Indonesia (HMID) Hendry Pratama mengatakan hengkangnya LGES dari Proyek Titan tidak akan memengaruhi peran perusahaan tersebut di Proyek Omega, yang sudah berjalan.

Pabrik sel baterai HLI Green Power tersebut dirancang dengan kapasitas produksi 30 WGh, tetapi sudah memulai produski tahap awal sebanyak 10 Gwh.

“Untuk LG dan Hyundai, JV [joint venture] HLI sudah memproduksi sel baterai sejak Juli 2024. Atas berita [hengkangnya LG dari Proyek Titan] ini tidak ada hubungan langsung dari operasional HLI. [...] HLI sampai saat ini beroperasi biasa,” ujarnya di acara RE Invest: Indonesia, Kamis (24/4/2025).

Fasilitas produksi yang saat ini telah terbangun di Karawang New Industry City (KNIC) merupakan fase pertama dari dua fase yang telah direncanakan oleh HLI Green Power.

Pembangunan fase pertama ini menelan investasi senilai US$1,1 miliar (sekitar Rp50,39 triliun asumsi kurs saat ini), dengan kapasitas produksi tahap awal sebesar 10 GWh.

Hingga pertengahan 2023, perusahaan telah mampu menyerap tenaga kerja Indonesia sebanyak 1.000 orang.

Nantinya, badan usaha milik negara (BUMN) bakal mendapatkan kesempatan untuk bernegosiasi dan memegang saham secara minoritas.

Adapun, pabrik baterai ini bakal memproduksi untuk kebutuhan dalam negeri dan ekspor yang terintegrasi dengan pabrik EV Hyundai yang menggunakan nikel Indonesia. 

(wdh)

No more pages