Selain HIMA, sistem Huawei telah masuk ke dalam kokpit model Audi Q6 e-tron dan A8 L, jajaran produk Chongqing Changan Automobile Co. yaitu Deepal dan Avatr, dan bahkan model Fang Cheng Bao 8 dan 5 dari BYD, meskipun BYD memiliki rangkaian sistem driver-assistance canggih, yang mereka sebut sebagai God's Eye.
Sementara itu, BMW dan Huawei berkolaborasi untuk mengembangkan aplikasi pintar berdasarkan sistem operasi Harmony, sementara sistem HiCar Huawei (aplikasi seluler perusahaan yang menghubungkan perangkat dengan kendaraan) akan mulai digunakan pada model BMW buatan China pada tahun 2026, demikian ungkap produsen mobil asal Jerman tersebut bulan lalu. Tercatat bahwa sekitar seperempat dari pengguna aplikasi BMW di China menggunakan smartphone Huawei.
Beberapa orang di industri ini telah meragukan dominasi Huawei. Chen Hong, mantan ketua SAIC Motor Corp, pada tahun 2021 menyatakan keengganannya untuk menyerahkan “jiwa” kendaraan kepada perusahaan seperti Huawei. “Itu tidak bisa diterima,” kata Chen dalam rapat pemegang saham tahun itu. “Kami harus menggenggam jiwa di tangan kami sendiri.”
Namun dengan sifat AI yang mau selalu unggul atas segala hal dan tingginya hambatan masuk untuk memproduksi sistem yang dapat menyaingi Huawei, resistensi tampaknya mulai memudar.
Pada bulan Februari, SAIC mengumumkan kemitraan strategis dengan raksasa teknologi yang bermarkas di Shenzhen, melengkapi daftar klien Huawei sehingga sekarang mencakup semua produsen mobil milik negara China.
Perwakilan dari Huawei menolak untuk menjelaskan lebih lanjut tentang solusi dan filosofi smart driving perusahaan tersebut.
Namun Eric Xu, deputi chairman Huawei, mengatakan kepada media China pada bulan September bahwa mengingat tidak semua produsen mobil mampu melakukan investasi dalam teknologi mobil pintar, “kami akan menciptakan sistem dan membuatnya dengan baik, dan produsen mobil dapat menggunakannya secara langsung.”
“Kami berharap dapat membangun platform terbuka yang dapat diikuti oleh semua produsen mobil,” kata Xu.
“Di bawah model kerja sama baru ini, produsen mobil dan penyedia komponen tidak hanya berada dalam hubungan jual-beli yang sederhana. Sebaliknya, ini adalah kemitraan yang mendalam di mana semua pihak berbagi risiko dan manfaat, dan menyelesaikan berbagai hal bersama-sama.”
Potensi dan Tantangan
Unit solusi mengemudi cerdas milik Huawei menghasilkan keuntungan tahun lalu, setelah pendapatannya meningkat lebih dari empat kali lipat. Software Huawei tidak hanya membantu menjual mobil kepada pengemudi China yang sangat terbiasa dengan fitur mengemudi cerdas, tetapi juga mengumpulkan sejumlah besar data yang pada akhirnya dapat membantu perusahaan mencapai tujuan utama mengemudi otonom.
“Latar belakang Huawei di bidang perangkat hardware dan software jelas terlihat. Orang-orang yang saya percaya mengatakan bahwa ini adalah salah satu sistem terbaik di China. Agresivitas mereka menunjukkan betapa pentingnya menjadi pemain di bidang ini bagi mereka,” kata Tu Le, pendiri perusahaan penasihat otomotif yang berbasis di Detroit, Sino Auto Insights.
Di era mobil listrik, perusahaan-perusahaan mengkonfigurasi ulang bagaimana mobil dirancang dan berfungsi. “Otak” dari sebuah kendaraan memiliki kekuatan yang jauh melampaui kendali jelajah, pengereman darurat, atau sensor parkir. Dan siapa yang akan memegang kendali atas hal tersebut adalah hal yang pasti akan menjadi topik utama di pameran mobil Shanghai tahun ini, yang dimulai pada hari Rabu di ibu kota keuangan China.
Namun, Huawei dan penyedia perangkat software mengemudi cerdas lainnya berada di bawah tekanan setelah kecelakaan fatal yang melibatkan mobil listrik Xiaomi akhir bulan lalu. Hal itu memicu fokus baru pada klaim seputar teknologi swakemudi dan bagaimana fitur-fitur tersebut dipasarkan kepada konsumen.
Para pejabat telah menetapkan aturan untuk menghindari penggambaran sistem bantuan pengemudi yang canggih sebagai “swakemudi” dan untuk mendorong pengemudi agar tetap memegang setir saat menggunakan fitur-fitur tersebut, kata orang-orang yang mengetahui masalah ini.
Aturan baru dapat berarti peluncuran kokpit pintar dan sistem bantuan pengemudi yang akan datang akan tertunda selama berbulan-bulan.
Desakan Huawei untuk mempertahankan kendali atas ekosistem mengemudi cerdasnya juga dapat diartikan bahwa Huawei tidak mungkin dapat mendaftarkan pelanggan di luar negeri.
Teknologi pengemudian cerdas tumpang tindih dengan masalah keamanan nasional dan privasi data. Pemerintah Barat, terutama AS, sudah mewaspadai Huawei karena dugaan hubungannya dengan pemerintah China.
Kekhawatiran bahwa perangkat software mengemudi otonom, yang memproses data waktu dari jalan umum, dapat diakses atau dieksploitasi hingga membuat beberapa negara memblokir atau membatasi teknologi Huawei pada mobil buatan luar negeri. Alhasil mengaburkan ambisi pertumbuhan perusahaan yang baru saja dimulai.
“Selama solusi Huawei terus membaik, mereka dapat terus menjadi pemimpin,” kata Tu. “Yang menjadi pertanyaan adalah, bisakah mereka meyakinkan produsen asing untuk menggunakan sistem mereka di luar China?”
Inti dari strategi Huawei adalah Harmony Intelligent Mobility Alliance (HIMA). Ini adalah pendekatan dari pabrik ke showroom di mana konsumen pengguna akhir dapat memesan kendaraan dengan perangkat software Huawei melalui toko online atau distributor resminya. Pada dasarnya, Huawei hanya menyediakan perangkat untuk para pembuat mobil yang memfasilitasi mobil pintar.
(bbn)
































