Bahlil berharap pergantian posisi investor dari LGES ke Huayou dapat mempercepat rencana investasi baterai EV dari lini kerja sama IBC pada proyek Titan tersebut.
Kelanjutan Proyek
Selain itu, Bahlil turut menanggapi kekhawatiran publik terkait dengan dampak ketegangan geopolitik dan kondisi ekonomi global terhadap kelanjutan proyek ekosistem baterai EV di dalam negeri.
"Perlu kami sampaikan bahwa proyek ini tidak terpengaruh oleh dinamika global seperti perang atau ketidakpastian ekonomi. Investasi senilai hampir US$8 miliar untuk pengembangan tahap berikutnya tetap berjalan,” tuturnya.
“Groundbreaking tahap lanjutan direncanakan dilakukan dalam tahun ini, sehingga tidak ada penghentian atau pembatalan investasi sebagaimana yang mungkin dikhawatirkan masyarakat," jelas Bahlil.
Hengkangnya LGES dari proyek yang dikenal dengan kode Proyek Titan itu diumumkan perusahaan asal Korea Selatan tersebut pada Jumat (18/4/2025), mengutip alasan “perubahan kondisi pasar” sebagai faktor utama di balik keputusan mereka.
“Setelah mempertimbangkan dengan saksama lanskap pasar EV global yang terus berkembang, kami telah memutuskan bahwa proyek khusus ini tidak lagi sejalan dengan prioritas strategis kami,” ujar juru bicara LGES melalui pernyataan resmi, dikutip Senin (21/4/2025).
Untuk diketahui, Proyek Titan merupakan salah satu dari lima megaproyek baterai EV yang ada di Indonesia, selain Dragon, Omega, BESS, dan Volt.
Adapun, Huayou sendiri sebenarnya bukan 'wajah baru' di Proyek Titan. Lewat head of agreement (HoA) yang diteken pada 2021, konsorsium LGES saat itu menggandeng beberapa rekanan produsen dan manufaktur yang mayoritas berbasis di Korea Selatan seperti LGES, LG Chem, LG International dan Posco.
Sementara itu, satu mitra mereka berasal dari China yakni Huayou Holding. Namun, dalam perkembangannya, Proyek Titan kerap diterpa isu negosiasi yang alot dengan pihak LGES.
Dilaporkan Bloomberg Technoz pada awal Februari 2023, rencana MIND ID mengembangkan fasilitas produksi baterai EV bersama LGES memang sudah terendus terancam batal.
Pembentukan perusahaan patungan LGES dengan IBC, holding BUMN baterai, masih penuh tanda tanya sejak September 2022.
Menurut Direktur Utama MIND ID saat itu, Hendi Prio Santoso, kelanjutan dari pengembangan ekosistem baterai EV dengan LGES masih belum jelas lantaran negosiasi antara kedua belah pihak sempat mandek.
LGES bahkan menyerahkan kembali negosiasi kepada rekanan konsorsium Huayou lantaran menemukan aspek yang kurang pada proyek Titan tersebut.
"Kami dapat informasi dari Antam bahwa LG itu masih belum jelas statusnya, tetapi LG mendorong anggota konsorsiumnya Huayou untuk melanjutkan diskusi dan negosiasi," kata Hendi dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi VII DPR RI, Senin (6/2/2023).
Hendi menyebut perwakilan Antam sudah bernegosiasi dengan pihak Huayou. Namun, negosiasi itu juga tak berjalan mulus lantaran MIND ID menilai perusahaan tersebut bukan mitra bisnis yang tepat untuk Antam.
Sebab, portofolio Zhejiang Huayou Cobalt lebih banyak pada pengembangan smelter, alih-alih produksi baterai. Hal ini tidak sesuai dengan target MIND ID yang ingin berfokus pada investasi dan pengembangan fasilitas produksi baterai kendaraan listrik.
"Akan tetapi, kami menilai bahwa Huayou bukan counterpart yang seimbang dengan Antam untuk melanjutkan proses negosiasi. Jadi kami masih menginginkan bahwa adanya konsorsium yang lengkap sampai ke produksi baterai kendaraan listriknya," tutur Hendi.
Adapun, Zhejiang Huayou Cobalt merupakan perusahaan tambang asal China yang pada awalnya bekerja sama dengan LGES di proyek tersebut.
Keduanya sepakat membentuk perusahaan patungan pada Juli 2022 untuk mengekstraksi nikel, kobalt, dan litium dari baterai bekas, kompenen utama untuk produksi baterai kendaraan listrik.
-- Dengan asistensi Nyoman Ary Wahyudi dan Wike D. Herlinda
(naw/wdh)































