Saham First Solar Inc. yang berbasis di AS naik 0,6% setelah perdagangan di pasar reguler.
Sementara, bea masuk untuk sel dan panel surya yang telah diselesaikan di Kamboja, Malaysia, Thailand, dan Vietnam merupakan kemenangan bagi para produsen asal AS. Namun bea masuk ini mengancam untuk menaikkan biaya pengembangan untuk sektor renewable yang telah menghadapi hambatan kebijakan dan ekonomi.
Presiden Donald Trump sedang berusaha meningkatkan bahan bakar fosil dan telah memangkas dukungan untuk proyek-proyek ramah lingkungan.
Tarif impor terbaru untuk tenaga surya ini akan menjadi tambahan dari bea masuk baru yang diberlakukan oleh Trump yang telah memutarkembali rantai pasokan dan pasar global.
Bea masuk antidumping dan penyeimbangan, seperti yang diketahui, dirancang untuk mengimbangi nilai dugaan subsidi dan penetapan harga yang tidak adil, seperti yang dihitung oleh Departemen Perdagangan.
AS mengimpor peralatan surya senilai US$12,9 miliar tahun lalu dari empat negara yang akan dikenakan bea masuk baru, menurut BloombergNEF. Jumlah tersebut mewakili sekitar 77% dari total impor modul.
Bea masuk ini bergantung pada tindakan terpisah dari International Trade Commission AS, yang akan memutuskan dalam waktu sekitar satu bulan apakah para produsen dirugikan atau terancam oleh impor tersebut.
Setelah bea masuk serupa dikenakan pada impor tenaga surya dari China sekitar 12 tahun yang lalu, para produsen di negara tersebut merespons dengan mendirikan operasi di negara-negara lain yang tidak terpengaruh oleh tarif tersebut.
AS memulai penyelidikan yang dipicu oleh petisi bulan April dari American Alliance for Solar Manufacturing Trade Committee, yang mewakili perusahaan-perusahaan termasuk First Solar, Hanwha Qcells USA Inc. dan Mission Solar Energy LLC.
(bbn)
































