Setelah menaikkan tarif impor logam pada Maret, Trump kembali memberlakukan tarif 25% untuk impor mobil serta 10% untuk komoditas lainnya pada awal bulan ini. Pelemahan ekspor Korsel menyoroti risiko nyata yang ditimbulkan oleh kebijakan proteksionisme tersebut terhadap ekonomi negara yang sangat bergantung pada ekspor.
Ekspor mobil tercatat turun 6,5% dibanding tahun lalu dalam 20 hari pertama April, sedangkan ekspor semikonduktor naik 10,7%. Ekspor baja anjlok 8,7% dan produk minyak merosot 22%.
“Data hari ini menunjukkan tarif AS mulai memperumit dinamika perdagangan global,” ujar ekonom ING, Min Joo Kang, dalam catatannya. “Berkat pengecualian tarif untuk cip sejauh ini, permintaan untuk cip kelas atas masih kuat. Namun, pasar chip konvensional kemungkinan akan melemah karena gangguan rantai pasok dan meningkatnya ketegangan dagang AS–China.”
“Selain dampak langsung tarif, lemahnya permintaan terhadap produk Korsel akibat perlambatan ekonomi AS juga akan memberi tekanan. Dampak tidak langsung melalui rantai pasok global, saat mitra dagang menanggung beban tarif mereka sendiri, juga bisa menekan ekspor,” tambah Hyosung Kwon, ekonom dari Bloomberg Economics.
Pejabat Korsel sebelumnya mengatakan bahwa mereka tengah berupaya mencapai kesepakatan dagang besar dengan AS. Namun belum jelas seberapa cepat hal itu dapat dicapai, terutama karena negeri itu tengah bersiap menghadapi pemilihan presiden pada 3 Juni mendatang. Menteri Perindustrian Ahn Duk-geun dan Menteri Keuangan Choi Sang-mok dijadwalkan melakukan perjalanan ke Washington pekan ini untuk memulai perundingan dagang.
Dengan jumlah hari kerja yang sama seperti tahun lalu, ekspor Korea Selatan turun 5,2%, sementara impor menyusut 11,8%, menghasilkan defisit perdagangan sebesar US$100 juta.
Korea Selatan merupakan mitra dagang terbesar keenam AS, dengan surplus perdagangan terhadap AS naik sekitar 25% pada 2024 menjadi sekitar US$55,7 miliar. Angka inilah yang menjadi salah satu pertimbangan Trump saat memberlakukan kebijakan tarif timbal balik.
Tarif mobil yang diberlakukan Trump menjadi ancaman serius bagi industri otomotif Korsel, mengingat AS menyerap hampir separuh dari nilai ekspor kendaraan Korsel sebesar US$70,8 miliar pada 2024. Mobil dan suku cadang otomotif termasuk produk ekspor utama Korsel ke pasar AS.
Jika pemerintahan Trump melanjutkan rencana memberlakukan tarif terhadap impor semikonduktor, sektor ini bisa terdampak lebih dalam. Industri cip merupakan tulang punggung dari perekonomian Korea Selatan yang berorientasi ekspor.
Bank Sentral Korea (Bank of Korea/BoK) memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan di level 2,75% pekan lalu, meskipun mengakui adanya peningkatan signifikan pada risiko perlambatan ekonomi akibat kebijakan perdagangan.
“Momentum ekspor secara keseluruhan sedang melemah, dengan pertumbuhan melambat pada April akibat memburuknya kondisi perdagangan setelah mencatat kenaikan ringan pada Maret,” kata Gubernur Bank Sentral, Rhee Chang-yong, dalam konferensi pers usai pengumuman kebijakan.
Bank tersebut juga memperingatkan bahwa pertumbuhan ekonomi lebih lemah dari perkiraan akibat dampak kebijakan dagang AS dan ketidakpastian politik dalam negeri, bahkan memperkirakan pertumbuhan negatif pada kuartal pertama tahun ini.
(bbn)































