Logo Bloomberg Technoz

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memang tengah mematangkan keinginan investasi Rusia pada proyek PLTN di Indonesia. Rencana investasi PLTN itu turut menjadi bahasan sentral dalam Pertemuan Sidang Komisi Bersama ke-13 antara Indonesia dan Rusia di Jakarta, Selasa (15/4/2025). 

Sekretaris Jenderal Kementerian ESDM Dadan Kusdiana menuturkan Rusia telah lama memiliki minat untuk investasi PLTN di Indonesia.

Hanya saja, kata Dadan, pemerintah mesti mempertimbangkan sejumlah hal untuk menindaklanjuti investasi pembangkit setrum berbasis nuklir tersebut.

“Iya sampai sekarang belum kejadian, kalau nuklir kan panjang bukan lama ya, tetapi kita harus komprehensif mempertimbangkannya, termasuk aspek regulasi,” kata Dadan ditemui di usai pertemuan dengan perwakilan Rusia di kantor Kemenko Bidang Perekonomian pekan lalu.

Target Dipercepat

Dalam perkembangan terbaru, Menteri ESDM Bahlil Lahadalia menargetkan PLTN di Indonesia dapat beroperasi pada 2030 atau berpeluang lebih cepat dua tahun dari target komersialisasinya yang ditetapkan pada 2032 dan lebih awal dari rencana semula pada 2039.

“Untuk PLTN itu kita mulai on itu 2030 atau 2032. Jadi mau tidak mau kita harus melakukan persiapan semua regulasi yang terkait dengan PLTN," kata Bahlil dalam keterangan resmi.

Pemerintah memastikan rencana pengembangan PLTN bakal dimasukkan dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2025—2034.

Hal tersebut menjadi salah satu fokus utama dalam Sidang Perdana Anggota Dewan Energi Nasional (DEN) Tahun 2025. 

Bahlil menyebut dokumen RUPTL saat ini sudah dalam proses finalisasi dan akan segera disampaikan kepada Presiden Prabowo Subianto.

Menurut Bahlil, PLTN merupakan energi baru yang murah, dan bisa dimanfaatkan untuk menguatkan sistem kelistrikan nasional. Selain itu, penggunaan nuklir juga akan mengurangi pemanfaatan energi listrik berbahan bakar fosil.

Namun, Bahlil menekankan bahwa pemanfaatan nuklir sebagai sumber pembangkit listrik harus diimbangi dengan sosialisasi kepada masyarakat secara masif sehingga masyarakat memahami pemanfaatan nuklir.

(wdh)

No more pages