Lonjakan harga emas sudah berlangsung dalam 12 pekan terakhir tanpa putus, menjadikannya sebagai reli terlama sejak 2022.
Bank sentral di seluruh dunia juga diduga makin banyak menimbun emas.
Dolar makin ditinggalkan
The greenback makin kehilangan pamor dengan kejatuhan nilainya dibanding enam mata uang utama dunia, seperti euro, yen, juga franc Swiss.
Pagi ini, yen melejit kuat 0,8% menjadi yang terkuat di Asia terhadap dolar AS. Analis memperkirakan, yen berpeluang menuju zona penguatan 140. Pagi ini, yen sudah diperdagangan di level 141,04 per dolar AS.
Sementara euro diperdagangankan di level makin kuat di 0,0064 per dolar AS. Begitu juga franc Swiss juga menguat di level 0,0057 per dolar AS.
Pemodal global makin getol menjual dolar AS seiring dengan sinyal terbaru dari Trump bahwa ia menimbang peluang untuk memecat Gubernur Federal Reserve Jerome Powell.
Potensi pemecatan Powell telah mengerosi independensi The Fed. Padahal independensi bank sentral menjadi salah satu alasan pemodal masih bertahan di aset-aset AS.
Sentimen seputar nasib The Fed, bank sentral AS, berikut dampaknya nanti terhadap aset-aset AS, menjadi fokus para investor sehingga untuk sementara mereka makin merapat ke aset safe haven seperti emas dan mata uang utama di luar dolar AS.
"Kami percaya pelemahan dolar AS akan berlanjut. Penyerangan terhadap independensi The Fed makin intensif. Pengakuan bahwa hal ini sedang dipelajari harus ditanggapi sangat serius dan sangat negatif," kata Win Thin, Global Head of Market Strategy di Brown Brothers Harriman & Co. dilansir dari Bloomberg News.
(rui)





























