Arsalan Shahla dan Donato Paolo Mancini - Bloomberg News
Bloomberg, Menteri Luar Negeri (Menlu) Iran mengatakan bahwa negaranya kini memiliki "pemahaman yang lebih baik" dengan AS mengenai berbagai prinsip setelah perundingan pada Sabtu (19/04/2025) tentang program nuklir Tehran, dengan negosiasi yang akan dilanjutkan pekan depan.
“Ini adalah sesi yang baik, dan negosiasi terus berkembang,” kata Abbas Araghchi dalam wawancara dengan TV negara Iran tentang pertemuan yang dimediasi Oman di Roma. “Kali ini, kami berhasil mencapai pemahaman yang lebih baik mengenai sejumlah prinsip dan tujuan.”
Perundingan yang berlangsung lebih dari tiga jam tersebut akan dilanjutkan pada Rabu (23/04/2025) di Oman dengan fokus pada rincian teknis, kata Araghchi. Oman menjadi tuan rumah putaran pertama pembicaraan minggu lalu di ibu kota mereka, Muscat.
Araghchi menambahkan bahwa delegasi yang dipimpin oleh dirinya dan utusan khusus AS, Steve Witkoff, akan kembali berkumpul di Muscat pada 26 April untuk mengevaluasi kemajuan, dan Iran seharusnya berada dalam “posisi yang lebih baik” untuk menilai prospek mereka.

Secara terpisah, juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Esmaeil Baghaei, menyebut pembicaraan tersebut sebagai “bermanfaat” dan berlangsung dalam suasana yang konstruktif. Dia mengatakan kepada TV negara dari Roma bahwa Tehran siap untuk menangani kekhawatiran tentang program nuklirnya dengan niat baik, dan sebagai balasannya, mereka mengharapkan jaminan yang kredibel bahwa pemerintahan Presiden AS Donald Trump akan secara efektif mencabut sanksi yang melumpuhkan Republik Islam tersebut.
Sebelumnya, Baghaei mengatakan bahwa Iran terlibat dalam pembicaraan ini “dengan mata terbuka” dan “komitmen terhadap diplomasi.”
Meski Iran dan AS juga menyebut putaran pertama pembicaraan tersebut sebagai konstruktif, keduanya kemudian berselisih terkait tuntutan masing-masing dan batasan dari potensi kesepakatan, bersama dengan perbedaan pendapat yang jelas mengenai tempat pelaksanaan perundingan.
Pada 15 April, Witkoff mengatakan Iran harus membongkar program pengayaan uraniumnya, beberapa jam setelah ia menyatakan negara itu bisa melanjutkan pengayaan tingkat rendah untuk tujuan sipil. Iran mengkritik perubahan tersebut, menegaskan bahwa kemampuan pengayaan mereka tidak dapat dinegosiasikan.
Sultan Haitham bin Tariq dari Oman akan mengunjungi Moskow untuk mengadakan pembicaraan dengan Presiden Rusia Vladimir Putin pada Selasa (22/04/2025), kata Kremlin sebelumnya. Araghchi dari Iran bertemu dengan Putin pada hari Kamis untuk membahas negosiasi nuklir.
Pembicaraan pada hari Sabtu juga diikuti oleh kunjungan Direktur Jenderal Badan Energi Atom Internasional (IAEA), Rafael Mariano Grossi, ke Tehran, yang memperingatkan bahwa waktu semakin habis untuk mencapai solusi dalam kebuntuan yang telah berlangsung bertahun-tahun.
Menteri Luar Negeri Italia, Antonio Tajani, bertemu dengan Grossi dan juga dengan rekan Iran-nya pada Sabtu pagi.
Araghchi menyatakan bahwa Tehran sedang mencari kesepakatan yang wajar dan bertujuan untuk menghilangkan keraguan tentang sifat damai program nuklirnya, menurut pernyataan Kementerian Luar Negeri.
(bbn)