Grasberg telah beroperasi sejak 1988 dan memiliki ketinggian sekitar 4.200 meter di atas permukaan laut. Produksi emasnya pada tahun 2024 mencapai 1,86 juta ons. Meskipun operasional tambang terbuka telah ditutup sejak awal 2020, aktivitas pertambangan masih dilanjutkan melalui metode tambang bawah tanah.
Tambang ini bukan hanya memiliki nilai ekonomis tinggi, tetapi juga memiliki infrastruktur yang sangat kompleks, termasuk lubang tambang bawah tanah raksasa yang terus dikembangkan untuk menunjang produksi.
2. Tambang Martabe, Tapanuli Selatan – Harta Karun Sumatera Utara
Tambang Martabe terletak di Tapanuli Selatan, Sumatera Utara dan dikelola oleh PT Agincourt Resources. Tambang ini tidak hanya menghasilkan emas, tetapi juga perak dan tembaga dalam jumlah besar.
Penemuan potensi emas di kawasan ini dimulai sejak tahun 2008. Operasi penambangan Martabe dilakukan berdasarkan kontrak karya dengan pemerintah Indonesia dan direncanakan berlangsung hingga 2033. Luas wilayah tambang mencapai 1.303 km².
Tambang Martabe mengoperasikan dua pit terbuka utama dan tengah mengembangkan pit ketiga. Proses pengolahan bijih emas dilakukan melalui metode konvensional carbon in leach yang terbukti efisien dalam ekstraksi logam mulia.
Keunggulan lainnya adalah keberadaan fasilitas pendukung operasional yang terintegrasi dengan infrastruktur jalan raya Trans Sumatera, memudahkan logistik dan distribusi hasil tambang.
3. Tambang Pongkor, Bogor – Emas yang Dekat dari Jakarta
Berlokasi di Jawa Barat, Tambang Pongkor adalah salah satu tambang emas bawah tanah yang dikelola oleh PT Aneka Tambang Tbk (Antam). Lokasinya yang tidak terlalu jauh dari Jakarta membuatnya menarik perhatian publik.
Deposit emas Pongkor ditemukan pertama kali oleh Unit Geomin pada tahun 1981. Setelah melalui proses izin eksplorasi dan pembangunan, tambang ini mulai beroperasi secara komersial pada tahun 1994.
Tambang Pongkor memiliki tiga urat emas utama, yaitu Ciguha, Kubang Cicau, dan Ciurug. Metode penambangan yang digunakan mencakup conventional cut and fill stoping untuk Ciguha dan Kubang Cicau, serta mechanised cut and fill dengan peralatan modern seperti hydraulic jumbo drill dan load haul dump (LHD) di urat Ciurug.
Pada tahun 2023, Antam mencatat cadangan bijih emas mencapai 860 ribu dry metric ton (dmt) atau setara dengan 5,72 ton emas. Sedangkan sumber daya mineral emas mencapai 5,14 juta dmt, setara dengan 22,68 ton logam emas.
4. Tambang Emas Gosowong, Halmahera – Permata dari Timur Nusantara
Tambang emas Gosowong terletak di Pulau Halmahera, Maluku Utara dan dikelola oleh PT Nusa Halmahera Minerals (NHM), yang sahamnya dimiliki oleh PT Indotan Halmahera Bangkit (75%) dan PT Antam Tbk (25%).
Penemuan awal tambang ini terjadi pada tahun 1996 melalui eksplorasi greenfield yang menghasilkan sumber daya awal sebesar 770.000 ons emas. Jumlah ini meningkat drastis menjadi 7 juta ons emas pada tahun 2020, dengan total produksi mencapai sekitar 6 juta ons emas selama dua dekade terakhir.
Tambang Gosowong sebelumnya menggunakan metode tambang terbuka, namun kini sepenuhnya beroperasi dengan metode tambang bawah tanah di dua area utama: Kencana dan Toguraci. Rata-rata kandungan emas di tambang ini sangat tinggi, yaitu sekitar 25 gram per ton (g/t Au), menjadikannya salah satu tambang emas dengan nilai ekonomis tinggi di Indonesia.
Potensi Emas Indonesia yang Belum Tergali Sepenuhnya
Meskipun Indonesia telah menambang emas selama puluhan tahun, potensi sumber daya emas di berbagai wilayah masih sangat besar dan belum seluruhnya tergali. Dengan kekayaan geologis yang dimiliki, eksplorasi dan pengembangan tambang baru masih terus berlangsung, baik oleh perusahaan dalam negeri maupun asing yang bekerja sama dengan pemerintah.
Perkembangan teknologi tambang juga membuka peluang bagi peningkatan produksi dan efisiensi penambangan. Selain itu, regulasi pemerintah yang mendukung keberlanjutan tambang turut memberikan arah baru bagi pengelolaan sumber daya alam secara bertanggung jawab.
Dengan total produksi mencapai 100 metrik ton emas pada 2024 dan keberadaan tambang-tambang emas besar seperti Grasberg, Martabe, Pongkor, dan Gosowong, Indonesia mengukuhkan diri sebagai salah satu raksasa emas di Asia, bahkan dunia.
Potensi ini tidak hanya memberikan kontribusi besar terhadap pendapatan negara, tetapi juga membuka lapangan kerja serta mendukung pertumbuhan ekonomi regional di sekitar wilayah tambang. Ke depan, optimalisasi dan tata kelola yang berkelanjutan akan menjadi kunci dalam menjaga keberlanjutan industri emas Indonesia.
(seo)































