Meski Tokyo telah berulang kali meminta pengecualian, Trump telah lebih dulu memberlakukan tarif sebesar 25% terhadap baja, aluminium, dan mobil dari Jepang.
Trump juga telah memberlakukan tarif timbal balik (reciprocal tariffs) kepada mitra dagang AS, sebelum akhirnya menangguhkan sementara tarif tersebut selama 90 hari tak lama setelah diterapkan. Jepang sempat dikenakan tarif sebesar 24% sebelum penangguhan itu, walaupun tarif dasar sebesar 10% masih berlaku.
“Merupakan kehormatan besar bisa bertemu dengan Delegasi Jepang untuk urusan perdagangan. Kemajuan besar!” tulis Trump pada Rabu (16/04/2025) di media sosial miliknya usai pertemuan berlangsung.
Trump sebelumnya mengatakan akan menghadiri pertemuan itu, dan memberi sinyal bahwa topik dukungan militer akan masuk dalam agenda pembahasan. Ia sempat mengeluhkan perjanjian keamanan antara AS dan Jepang yang dinilainya timpang.
Namun baik delegasi Jepang maupun AS tidak merinci isi pembicaraan secara spesifik maupun area negosiasi yang dibahas.
“Tidak ada pembahasan mengenai mata uang,” ujar Akazawa usai pertemuan. Ia juga enggan menjawab apakah isu keamanan, tarif otomotif, atau perdagangan sektor pertanian turut dibahas, namun menegaskan bahwa kedua pihak berkomitmen melanjutkan dialog.
Akazawa menambahkan, pembahasan mengenai mata uang akan dilakukan secara terpisah antara Menteri Keuangan Jepang Katsunobu Kato dan Menkeu AS Scott Bessent, seperti yang telah diumumkan sebelumnya. Ia juga kembali menegaskan bahwa Jepang tidak pernah memanipulasi nilai tukar yen, seperti yang sempat dituduhkan Trump.
Pelemahan yen memang menjadi salah satu titik panas dalam hubungan dagang AS-Jepang. Trump beberapa kali menuduh Jepang sengaja melemahkan mata uangnya — tuduhan yang dibantah oleh Tokyo.
“Misalnya, ketika suatu negara menjatuhkan nilai mata uangnya—apa pun mata uangnya, apakah yuan atau yen di Jepang, atau yuan di China—itu menempatkan kita dalam posisi yang sangat tidak adil,” ujar Trump pada Maret lalu.
Kato dijadwalkan bertolak ke Washington pekan depan untuk menghadiri pertemuan Dana Moneter Internasional (IMF) dan mengatakan ingin memanfaatkan kunjungan itu untuk bertemu Bessent.
Tanggal pertemuan selanjutnya belum ditentukan, namun menurut Akazawa, AS tampaknya ingin menyelesaikan kesepakatan sebelum masa penangguhan tarif timbal balik selama 90 hari itu berakhir.
“Dari pihak kami, tentu kami ingin prosesnya berlangsung secepat mungkin,” kata Akazawa. “Namun tak ada yang bisa memprediksi bagaimana arah negosiasinya nanti.”
(bbn)































