Pengumuman tarif oleh Trump sendiri kerap berubah-ubah, membuat pasar dan para ekonom kesulitan dalam memperkirakan dampaknya terhadap ekonomi.
Pada 2 April lalu, Trump mengumumkan tarif secara luas terhadap mitra dagang AS. Ia kemudian menetapkan jeda 90 hari untuk tarif resiprokal, tetapi tetap mempertahankan tarif global dasar sebesar 10%. China sendiri menghadapi tarif yang nilainya jauh di atas 100%.
Waller menjabarkan dua skenario perkembangan kebijakan tarif, lengkap dengan tanggapan kebijakan moneter yang ia nilai tepat untuk masing-masing skenario.
Skenario Tarif Besar
Dalam skenario pertama, Waller membayangkan situasi di mana tarif rata-rata sebesar 25% tetap diberlakukan dalam jangka waktu yang cukup lama. Dalam kondisi ini, ia memperkirakan pertumbuhan ekonomi akan melambat drastis “hingga nyaris berhenti”, dan tingkat pengangguran akan meningkat tajam.
Inflasi, kata Waller, juga berpotensi melonjak signifikan, bahkan mendekati 5% secara tahunan dalam beberapa bulan mendatang jika pelaku usaha langsung dan sepenuhnya meneruskan beban tarif kepada konsumen.
Namun, ia memperkirakan inflasi akan kembali ke level yang lebih moderat pada tahun 2026, selama ekspektasi masyarakat terhadap kenaikan harga tetap stabil.
“Meskipun lonjakan inflasi terakhir yang dimulai pada 2021 berlangsung lebih lama dari yang saya dan para pembuat kebijakan perkirakan, penilaian terbaik saya adalah bahwa inflasi akibat tarif akan bersifat sementara,” ujar Waller. “Jika inflasi ini bersifat sementara, saya bisa mengabaikannya dan menetapkan kebijakan berdasarkan tren dasarnya.”
“Jika perlambatan ekonomi cukup besar dan bahkan mengarah pada resesi, maka saya akan mendukung penurunan suku bunga FOMC lebih cepat dan dalam skala yang lebih besar dibandingkan yang saya perkirakan sebelumnya,” tambahnya, merujuk pada Komite Pasar Terbuka Federal yang menetapkan suku bunga.
Jika The Fed menghadapi kondisi ekonomi yang melambat tajam namun inflasi masih tinggi, Waller menegaskan bahwa “risiko resesi akan lebih besar dibanding risiko lonjakan inflasi.”
Skenario Tarif Kecil
Dalam skenario kedua, Waller membayangkan tarif minimum sebesar 10% dikenakan terhadap semua negara, sementara tarif lainnya secara bertahap dihapus. Dalam skenario ini, dampak terhadap inflasi dinilai jauh lebih kecil, dengan puncaknya hanya sekitar 3% secara tahunan. Efek negatif terhadap output ekonomi dan pertumbuhan lapangan kerja juga disebutnya akan lebih terbatas dibanding skenario pertama.
“Karena dampak yang terbatas terhadap inflasi dan aktivitas ekonomi dari tarif yang perlahan dikurangi, saya akan mendukung respons kebijakan moneter yang terbatas,” ujar Waller. “Ekspektasi inflasi yang tetap terjaga, bahkan mungkin menurun seiring perlambatan ekonomi, ditambah dengan pandangan bahwa dampak tarif kecil ini bersifat sementara, memberi ruang bagi FOMC untuk menyesuaikan kebijakan seiring perkembangan tren inflasi yang tercermin dalam data harga.”
Jika dampak tarif terhadap inflasi tergolong kecil, Waller menyatakan pemangkasan suku bunga akan “sangat mungkin” dilakukan pada paruh kedua tahun 2025.
(bbn)






























