Logo Bloomberg Technoz

Di tengah permintaan yang lesu dan tren harga yang melembam, kata Wahyu, tidak menutup kemungkinan penambang di Indonesia pada akhirnya memutuskan untuk mengurangi produksi nikel. 

Efek ke Smelter 

Dari lini industri antara, dampak tarif Trump akan dirasakan juga oleh perusahaan-perusahaan peleburan dan pengolahan atau smelter nikel di Tanah Air.

“Tarif impor juga dapat memengaruhi ekspor produk olahan nikel seperti feronikel dan [bahan baku] stainless steel, yang merupakan hasil dari kegiatan smelter,” kata Wahyu.

Akan tetapi, tantangan tersebut dinilai bisa memacu pelaku industri pengolahan nikel di Tanah Air untuk lebih agresif mencari pasar ekspor alternatif di luar AS.

Meski demikian, dia tidak menampik, situasi global yang sedang tidak pasti juga akan dapat memengaruhi iklim investasi pada pembangunan proyek smelter nikel di Indonesia. 

Industri Baterai

Terkait dengan industri hilir nikel, Wahyu mengatakan pengaruh perang tarif akan bersinggungan dengan rantai pasok baterai kendaraan listrik atau electric vehicle (EV), di mana nikel menjadi salah satu bahan baku terpentingnya.

“Tarif impor dapat mengganggu rantai pasok global baterai EV, yang pada akhirnya dapat memengaruhi industri EV di Indonesia. Tarif impor yang tinggi pada produk olahan nikel juga berpotensi meningkatkan biaya produksi baterai EV,” terang Wahyu.

Jika biaya produksi baterai EV membengkak, lanjutnya, permintaan terhadap komoditas tersebut pun berisiko tercederai.

Nikel sulfat dipamerkan di Stan Sungeel Hitech Co di pameran InterBattery di Seoul, Korea Selatan./Bloomberg-SeongJoon Cho

Di sisi lain, pemerintah justru meyakini situasi perang tarif yang dipanaskan AS tidak akan berdampak pada sektor pertambangan, khususnya nikel, di Indonesia. Terlebih, AS bukan negara utama tujuan ekspor nikel dan dervatifnya bagi RI.

“Kalau minerba kayaknya enggak terlalu ini. Nikel [yang diekspor ke AS] cuma sedikit, tidak terlalu. Pasar nikel ke sana sedikit. Porsinya kecil,” kata Dirjen Mineral dan Batu Bara Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Tri Winarno, ditemui Rabu (9/4/2025).

Untuk diketahui, AS resmi mengganjar bea masuk tambahan sebesar 32% terhadap berbagai komoditas ekspor Indonesia yang dijual ke Negeri Paman Sam. Tarif itu belum termasuk tarif dasar 10% yang dikenakan AS kepada 180 mitra dagang mereka.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto sebelumnya menegaskan Indonesia telah melakukan komunikasi dengan United States Trade Representative (USTR) untuk membahas soal tarif resiprokal Trump.

-- Dengan asistensi Mis Fransiska Dewi

(wdh)

No more pages