Logo Bloomberg Technoz

"Ingat, pertumbuhan ekonomi kita itu kan sebenarnya, itu konsumsinya [berkontribusi terhadap PDB] 53%, investasinya 30% spending pemerintah. Jadi, betul bahwa ada terjadi perang dagang, tapi ini jangan juga dianggap sesuatu yang seolah-olah wah banget. Biasa aja dinamika," tuturnya.

Dia mengatakan situasi yang terjadi saat ini dapat menjadi momentum bagi Indonesia untuk memperkuat perekonomian nasional. Menurut dia, di balik setiap masalah selalu ada peluang yang bisa dimanfaatkan.

"Di balik ada dinamika atau kekurangan, di situ pasti ada peluang. Ini makin memperkuat kita di internal negara kita bahwa ada intervensi dan segera melakukan langkah-langkah komprehensif untuk bagaimana menciptakan nilai tambah lewat hilirisasi, industrialisasi," jelas Bahlil. 

Adapun, AS memberikan tarif 32% terhadap Indonesia sebagai mitra dagangnya. Jumlah itu belum termasuk tarif dasar 10% yang dikenakan AS kepada 180 mitra dagang mereka.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto sebelumnya mengatakan Indonesia telah melakukan komunikasi dengan United States Trade Representative (USTR) untuk membahas soal tarif resiprokal Trump.

"Kedutaan Besar di Indonesia juga sudah melakukan komunikasi dengan USTR, dan tentunya dalam waktu dekat USTR menunggu proposal konkret dari Indonesia," kata Airlangga di Gedung Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Senin (7/4/2025).

Menurut Airlangga, setelah Trump mengeluarkan kebijakan tarif tersebut, banyak negara di dunia yang ingin bertemu dengan AS untuk bernegosiasi. Indonesia dan ASEAN juga memilih untuk menempuh hal tersebut dan tidak menerapkan kebijakan retaliasi.

(mfd/naw)

No more pages