Logo Bloomberg Technoz

Bersamaan dengan Kospi (Korea Selatan), Straits Times (Singapura), TW Weighted Index (Taiwan), dan Ho Chi Minh Stock Index (Vietnam), yang jatuh nilainya di sepanjang tahun 2025.

Bagaimana dengan valuasi IHSG saat ini? Sudah Murah?

Berdasarkan data Bloomberg, pada Rabu 9 April 2025, acuan est. Price Earning Ratio (PER) IHSG tercatat 9,96 kali, sedangkan valuasi Price Book Value (PBV) ada di 1,66 kali.

Mencermati valuasi Bursa Saham di regional Asia lainnya, valuasi IHSG saat ini sudah terbilang relatif lebih murah mencermati di sepanjang 2025 telah turun 16,48% ytd.

No Bursa Saham Valuasi PER PBV
1 Shenzhen Comp. (China) 18,32 x 1,99 x
2 NIKKEI 225 (Tokyo) 16,62 x 1,71 x
3 TW Weighted Index (Taiwan) 13,09 x 1,97 x
4 Shanghai Composite (China) 13,07 x 1,26 x
5 KLCI (Malaysia) 12,94 x 1,35 x
6 SETI (Thailand) 11,43 x 1,03 x
7 Straits Times (Singapura) 10,63 x 1,13 x
8 IHSG 9,96 x 1,66 x
9 PSEI (Filipina) 9,38 x 1,26 x
10 Ho Chi Minh Stock Index (Vietnam) 9,14 x 1,46 x
11 KOSPI (Korea Selatan) 8,37 x 0,79 x

Sumber: Tim Riset Bloomberg Technoz, Bloomberg

Valuasi IHSG jauh lebih murah dibandingkan dengan Bursa Saham Asia lainnya, Shenzhen Comp. (China), NIKKEI 225 (Tokyo), TW Weighted Index (Taiwan), Shanghai Composite (China), KLCI (Malaysia), SETI (Thailand), hingga Straits Times (Singapura), berdasarkan valuasi PER-nya.

Mencermati valuasi PBV rasio, IHSG juga masih terbilang lebih murah ketimbang dengan Bursa Saham Shenzhen Comp. (China), TW Weighted Index (Taiwan), dan NIKKEI 225 (Tokyo).

Sebagai acuan, PER adalah rasio antara kapitalisasi pasar dengan total laba dari seluruh konstituen pasar. Investor menggunakan rasio ini untuk menentukan murah atau mahal valuasi pasar.

Sementara itu, PBV adalah rasio antara kapitalisasi pasar dengan total nilai buku ekuitas. Rasio di bawah 1 kali artinya kapitalisasi pasar lebih murah dibandingkan dengan total ekuitas, sedangkan rasio di atas 1 kali artinya terbilang lebih mahal.

Valuasi PBV IHSG 1,66 x (Bloomberg)

Saat valuasi IHSG yang sudah murah dibandingkan dengan bursa lainnya di Asia, kegelisahan pasar masih menyelimuti dan belum ada tanda pembalikan ke arah positif.

Presiden AS Donald Trump mengatakan ia sama sekali tidak mempertimbangkan penghentian sementara rencana penerapan tarif tambahan yang menyeluruh pada puluhan negara.

“Kami tidak mempertimbangkan itu (negosiasi),” kata Trump pada hari Senin di Ruang Oval, mengutip Bloomberg. “Bisa saja ada tarif permanen dan bisa juga ada negosiasi karena ada hal-hal yang kita butuhkan di luar tarif.” 

Kegelisahan utama pasar adalah apabila tidak ada langkah untuk meredakan ketegangan, maka perekonomian global berisiko jatuh ke jurang resesi.

Pembalasan China terhadap tarif tinggi Trump memaksa investor untuk menghadapi kenyataan bahwa konflik perdagangan yang sangat ditakuti telah memasuki fase baru.

“Dengan Trump mengisyaratkan sikap keras terhadap China, pasar bersiap menghadapi lebih banyak tekanan, dan sentimen seputar ekuitas China tetap rapuh,” kata Charu Chanana, Kepala Strategi Investasi di Saxo Markets.

Analis Phintraco Sekuritas menyebut, China masih belum membuka jalur negosiasi, meski Pemerintah AS kembali menaikan tarif impor untuk produk asal China sebagai respon dari aksi balasan. Mantan U.S. Commerce Secretary, Carlos Gutierrez menyatakan hal ini mengindikasikan full-blown trade wars antara AS dengan China.

Kepala Ekonom JPMorgan, Bruce Kasman, memperingatkan bahwa tarif yang diumumkan pemerintahan Trump atas negara mitra dagang AS kemungkinan akan mendorong ekonomi AS—dan bahkan ekonomi global—menuju resesi pada 2025 jika kebijakan tersebut terus diberlakukan.

(fad/wep)

No more pages