Edi menjelaskan kondisi tersebut juga mendukung ketersediaan bahan baku monoethylene glicol (MEG) yang merupakan komponen penting dalam produksi serat poliester dalam memperkuat rantai pasok industri tekstil nasional.
“Dengan demikian, nantinya dapat dilakukan hilirisasi untuk pembuatan poliester dengan menggunakan MEG dari Singapura,” ucap Edi.
Adapun, proyek CAP2 dengan nilai investasi US$5 miliar ini telah dimulai sejak 2022 dan ditargetkan beroperasi komersial pada 2027. CAP2 merupakan megaproyek Chandra Asri yang disebut dapat mampu menggantikan impor produk kimia 4—5 juta ton.
Edi menuturkan, hingga saat ini proyek CAP2 masih terus berjalan melalui rekonfigurasi pabrik Chlor Alkali-Ethylene Dichloride (CA-EDC). Hal itu dilakukan dalam kerangka bisnis yang lebih luas dari rencana strategis ekspansi organik Chandra Asri.
“Kami menyadari tantangan yang ditimbulkan oleh volatilitas pasar global dan industri petrokimia di Indonesia. Untuk itu, proyek CAP2 saat ini sedang dikonfigurasi ulang dengan konstruksi yang kini dimulai dari sektor hilir,” ujarnya.
“Jadi, kalau sebelumnya itu dari hulu, cracker sampai ke bawah, lalu sekarang kita balik. Jadi, balik dari hilir yaitu di hilirisasinya pembangunan chlor alkali dan ethylene dichloride di Cilegon, Banten yang perusahaannya di bawah Chandra Asri Alkali.”
(mfd/wdh)

































