"Terjadi kehancuran kekayaan yang parah dengan penurunan nilai pasar saham AS yang bersejarah. Emas, meski bertahan sebagai aset safe haven yang solid belakangan, ia tidak kebal terhadap reaksi pengurangan risiko besar-besaran ini," kata Nicky Shiels, Head of Research and Metals Strategy di MKS Pamp SA, dilansir dari Bloomberg News.
Kejatuhan harga emas di pasar global pekan lalu, pada akhirnya menyeret pula harga emas di pasar lokal.
Pada hari Sabtu lalu, harga emas Antam yang menjadi salah satu acuan harga emas di Indonesia, anjlok hingga Rp38.000 menjadi Rp1.781.000 per gram. Alhasil, dalam dua hari saja, harga emas Antam anjlok Rp55.000 per gram.
Pada hari Ahad ini, harga emas Antam stagnan di level Rp1.781.000 per gram. Sementara harga buyback emas Antam kini ada di level Rp1.633.000 per gram, ikut anjlok Rp55.000 selama dua hari beruntun.
Kejatuhan harga emas di pasar dunia setelah pengumuman tarif Trump kemungkinan tidak terlepas dari langkah investor mencairkan untung dari emas yang sudah untung tinggi, untuk menutup kerugian besar di aset lain seperti saham dan aset lebih berisiko lainnya.
Menurut analisis Mega Capital Sekuritas, penurunan harga emas salah satunya disebabkan oleh realisasi para investor emas di New York yang terindikasi telah menimbun emas dan perak fisik dalam 4 tahun terakhir sebelum pengumuman tarif Trump.
"Momentum kenaikan harga emas lebih tinggi lagi masih ada, tapi terkadang perlu waktu hingga harga emas menembus batas US$ 3.200 atau bahkan US$ 3.300 per troy ounce," jelas Lionel Priyadi dan Muhammad Haikal dari Mega Capital, dalam catatannya.
Emas masih akan jadi salah satu incaran aset aman di tengah ketakutan terhadap resesi AS yang kian besar. Nilai kapitalisasi pasar bursa ekuitas di Wall Street ambles US$ 5,4 triliun hanya dalam dua hari perdagangan.
"Perang dagang Presiden AS Donald Trump lebih buruk daripada skenario terburuk. Ia mengenakan tarif universal 10% yang dikombinasikan dengan tarif yang lebih tinggi yang diterapkan pada negara-negara tertentu –berdasarkan rumus ekonomi yang meragukan– yang meningkatkan tarif efektif AS dari sekitar 2,2% menjadi setidaknya 22,5%. Peningkatan tarif efektif rata-rata lebih dari 20 poin persentase adalah guncangan struktural negatif yang disengaja bagi ekonomi AS dan pertumbuhan PDB [Produk Domestik Bruto] dunia," jelas tim analis Mega Capital.
Prediksi Yale University’s Budget Lab, kenaikan tarif AS itu potensial menyusutkan ekonomi Negeri Paman Sam sebesar 0,6 poin persentase setiap kuartal selama 10 tahun ke depan dan menggerus ekonomi dunia sebesar 0,2 poin persentase. Itu bahkan belum memasukkan perhitungan tindakan balasan dari semua mitra dagang AS yang terdampak.
Sementara perhitungan The Fed Atlanta telah meramal perekonomian AS akan terkontraksi pada kuartal pertama tahun ini sebesar 1,4% quarter-on-quarter SAAR, sebelum pengumuman tarif Trump pada 2 April itu. "Kini pasar memperkirakan AS akan jatuh dalam resesi yang dalam, paling cepat pada Semester 1-2025 sebagaimana tecermin dalam pelarian besar-besaran pemodal ke aset aman yakni dari ekuitas ke US Treasury," jelas Lionel.
Kejatuhan harga emas pekan lalu, dalam satu rangkaian reaksi pasar yang terlihat jauh lebih takut akan terjadi resesi ketimbang kekhawatiran terhadap inflasi.
Dengan kata lain, pasar percaya bahwa Fed akan bereaksi dengan memangkas suku bunga secara agresif untuk mencegah penurunan ekonomi yang dalam sambil membiarkan inflasi melampaui level 3-4%, baik inflasi utama maupun inflasi inti PCE, selama 4 kuartal berikutnya.
"Apakah Fed setuju dengan ekspektasi ini akan menjadi pertanyaan utama setidaknya selama dua minggu ke depan. Untuk saat ini, pasar global telah memasuki periode volatilitas ekstrem yang didorong oleh pembuatan kebijakan yang gegabah," kata analis lebih lanjut.
(rui)




























