Di sekitar Laut Baltik, infrastruktur bawah laut yang sangat penting sudah rusak akibat tindakan yang diduga sebagai sabotase, meski tidak ada kaitan dengan Rusia.
Penelitian ini diterbitkan pada Kamis (20/3/2025) oleh Wellbeing Research Centre di University of Oxford, dan disusun melalui kerja sama dengan Gallup dan Jaringan Solusi Pembangunan Berkelanjutan PBB.
Temuan baru dari laporan ini termasuk bahwa "kepercayaan pada kebaikan orang lain jauh lebih erat kaitannya dengan kebahagiaan daripada yang diperkirakan sebelumnya," kata para peneliti, mengutip pentingnya kepercayaan sosial.
"Percaya, orang lain bersedia mengembalikan dompet Anda yang hilang juga terbukti menjadi prediktor kuat kebahagiaan penduduk: negara-negara Nordik sekali lagi menduduki peringkat teratas sebagai negara paling bahagia di dunia, tetapi mereka juga menempati peringkat teratas atas pengembalian dompet yang hilang," bunyi laporan tersebut.
AS, yang turun ke bawah 20 besar pertama kalinya tahun lalu, turun satu tingkat lagi. Peringkat terbaiknya dalam satu dekade terakhir adalah 13, yang dicapai pada tahun 2016. Inggris mencapai level terendahnya tahun ini sejak 2017.
Peringkat negara didasarkan pada rata-rata tiga tahun dari penilaian mandiri penduduk terhadap kualitas hidup mereka. Variasi telah dijelaskan oleh faktor-faktor seperti produk domestik bruto per kapita, harapan hidup yang sehat, memiliki seseorang yang bisa diandalkan, rasa kebebasan, kedermawanan, dan persepsi tentang korupsi.
Dalam jangka panjang, pergeseran terbesar belum terlihat antarnegara, menurut para peneliti, melainkan di dalam masing-masing negara.
"Ketidaksetaraan kebahagiaan di dalam negara sudah meningkat sekitar seperempatnya selama dua dekade terakhir, sedangkan ketimpangan kebahagiaan antarnegara tetap konstan," kata mereka.
(bbn)































