Yield tenor 16 tahun tercatat naik 2,9 basis poin kini di 7,134%. Sedangkan tenor pendek 1 tahun naik 1,1 basis poin di 6,480%.
Kedua, BI memastikan stabilitas nilai tukar rupiah. Dengan demikian, kata Perry, BI bisa memastikan imbal hasil investor, baik selidih imbal hasil atau yield diferensial, sebelum atau sesudah memperhitungkan stabilisasi rupiah tetap menarik.
Rupiah dibuka melemah pagi tadi di level Rp16.500/US$ dan selanjutnya langsung terperosok di level Rp16.538/US$ pada pukul 11:29 WIB.
Selain itu, BI juga akan terus memperbanyak instrumen bagi para investor untuk berinvestasi di Indonesia. Tidak hanya berhenti di SBN, tetapi juga di SRBI, Sekuritas Valas Bank Indonesia (SVBI dan Sukuk Valuta Asing Bank Indonesia (SUVBI).
"SRBI sudah ditransaksikan di pasar sekunder rata-rata per hari Rp16 triliun, antar bank dan primary dealer juga sangat aktif. Tidak hanya SRBI, tetapi kami juga perluas SVBI, SUVBI dan insturmen lain termasuk yang untuk devisa hasil ekspor sumber daya alam [DHE SDA]," ujarnya.
Terakhir, Perry juga mengatakan akan terus bekerja dengan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati untuk berkoordinasi dan memastikan kebijakan moneter dan fiskal bisa menjaga stabilitas dalam negeri dan bersama mendorong pertumbuhan ekonomi.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil melesat makin tinggi di zona hijau dengan penguatan yang amat optimis usai Bank Indonesia menahan bunga acuan (BI Rate) di 5,75% pada pertemuan Maret 2025. Lebih-lebih, penguatan IHSG menjadi terbaik di Asia dan juga ASEAN.
Pada Rabu (19/3/2025), IHSG tengah melaju di posisi 6.318,41 pada perdagangan siang hari, menguat 95,03 poin dan apresiasi 1,53% dibandingkan dengan perdagangan sebelumnya.
Kemarin, IHSG ditutup di zona merah. IHSG melemah 3,84% hingga ada di posisi 6.223,38. Investor asing amat gencar melangsungkan aksi jual bersih (net sell) mencapai Rp2,57 triliun pada perdagangan saham di pasar reguler. Di seluruh pasar investor asing juga mencatat net sell hingga Rp2,49 triliun.
(lav)






























