"Karena salah satu hal yang tidak saya tahan adalah ketika regulator tidak yakin apakah itu harus disetujui atau tidak, jadi mereka tidak melakukan apa-apa dan kemudian 'kuda kabur dari kandang'. Kemudian mereka harus mengembalikan kudanya ke kandang," jelasnya.
Di sisi lain, terdapat perubahan yang mencolok dalam sikap industri keuangan terhadap aset kripto. Jika dulu pengusaha kripto tampil santai dengan kaos dan hoodie, kini mereka mengenakan jas dan mulai diterima oleh pemain lama di Wall Street.
CEO Digital Asset Yuval Rooz mengatakan di bawah pemerintahan Trump, ada lebih banyak minat dari perusahaan untuk bereksperimen dengan blockchain tanpa takut ketidakpastian regulasi, di mana terdapat dua pendekatan utama terhadap masa depan kripto:
- Perdagangan Kripto - Dengan adanya ETF dan opsi kripto, aset digital semakin masuk ke ranah keuangan institusional.
- Teknologi Blockchain - Banyak bank dan bursa mulai melihat blockchain sebagai alat efisiensi tanpa harus terlibat langsung dalam perdagangan aset digital.
"Banyak yang langsung mengaitkan blockchain dengan kripto atau aset digital, tetapi menurut para pemimpin bank dan bursa yang saya temui, teknologi ini lebih banyak dilihat sebagai alat untuk meningkatkan efisiensi, bukan sekadar instrumen perdagangan asetm," ucap Doherty
"Kedua bidang ini—perdagangan kripto dan penerapan blockchain—sedang dieksplorasi lebih lanjut, dan keduanya kemungkinan akan terus berkembang."
Saksikan video Bloomberg Technoz Podcast - TechnoZone yang bertajuk “Timothy Ronald & Oscar Darmawan: AS Serok Bitcoin, RI Kebingungan” di Bloombergtechnoz.com bersama Host Pandu Sastrowardoyo, Co-Host Whery Enggo Prayogi dan Narasumber Timothy Ronald, Crypto Key Opinion Leader, serta Oscar Darmawan, Chief Executive Officer Indodax.
-Dengan asistensi David Gura dan Alex Tighe.
(prc/wep)

































