Agus menambahkan, meski mengalami penurunan pendapatan, EBITDA BRPT pada 2024 mencapai US$570 juta, sedikit lebih rendah dibanding tahun sebelumnya, seiring dengan tetap stabilnya operasional di segmen energi.
Posisi itu menghasilkan margin EBITDA sebesar 23.9% pada 2024, meningkat dari 21.4% pada 2023. "Dari sisi laba bersih, laba bersih setelah pajak naik sebesar 23% secara tahunan menjadi US$123 juta," imbuh Agus.
Kenaikan itu yang pada akhirnya mendorong kenaikan laba bersih yang diatribusikan kepada entitas induk naik.
"Laporan keuangan kami mencerminkan pendekatan yang bijaksana dalam pengelolaan modal, dengan rasio utang bersih terhadap ekuitas yang stabil di 0,72x dan rasio utang terhadap modal yang sehat di 52,5 pada akhir 2024. Posisi keuangan yang kuat ini memberikan fondasi yang kokoh untuk mendukung rencana ekspansi kami."
Di sektor energi, BRPT mengumumkan penyelesaian tambahan kapasitas pembangkit binary sebesar 16,6 megawatt (MW).
"Langkah ini semakin memperkuat komitmen kami dalam mendukung transisi energi Indonesia, sekaligus meningkatkan ketahanan energi dan keberlanjutan untuk masa depan," jelas Agus.
(red)






























