Kemudian Pajak Pertambahan Nilai (PPN) pada Januari-Februari terkumpul Rp 102,5 triliun. Berkurang 9.5% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Dua pos pajak ini menggambarkan aktivitas ekonomi. PPh 21 menjadi cerminan kesejahteraan karyawan/pegawai, karena setorannya mengikuti gaji/upah yang diterima. Sedangkan PPN mencerminkan frekuensi transaksi di perekonomian domestik.
Jadi kalau dua pos pajak itu turun, maka hawa perlambatan ekonomi akan makin terasa. Hawa yang sudah terlihat dari sejumlah data yang dirilis sebelumnya.
Indeks Keyakinan Konsumen
Pekan ini, Bank Indonesia (BI) merilis hasil Survei Konsumen periode Februari. Hasilnya, Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) pada Februari sebesar 126,4.
IKK di atas 100 menandakan konsumen masih percaya diri dalam memandang perekonomian saat ini hingga 6 bulan yang akan datang.
Namun, angka Februari lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya yang mencapai 127,2. IKK di 126,4 juga menjadi yang terendah dalam 3 bulan terakhir.
Sedikit lebih dalam lagi, laporan BI juga mengungkapkan bahwa masyarakat terpaksa makan tabungan alias mantab untuk memenuhi konsumsi. Ada indikasi masyarakat mulai getol berbelanja mengantisipasi kebutuhan Ramadan dan Idulfitri, sebagian memakai 'jatah' pendapatan yang seharusnya ditabungkan.
Rasio tabungan masyarakat Indonesia pada Februari jatuh di bawah 15%, tepatnya hanya sebesar 14,7%. Terakhir kali rasio tabungan serendah itu adalah pada April 2021 ketika pandemi Covid-19 mematikan perekonomian, tepatnya di kisaran 14,8%.
Pada saat yang sama proporsi pendapatan yang dibelanjakan naik jadi naik 1,1 poin persentase menjadi 74,7%. Sedangkan pendapatan yang digunakan untuk membayar cicilan utang, turun sedikit menjadi 10,6% pada bulan lalu.
Penjualan Ritel
Juga pada pekan ini, BI merilis hasil Survei Penjualan Eceran. Penjualan eceran atau ritel yang dicerminkan dengan Indeks Penjualan Riil (IPR) pada Februari diperkirakan sebesar 213,2. Turun 0,5% dibandingkan periode yang sama tahun lalu (year-on-year/yoy).
Padahal Februari adalah jelang Ramadan. Biasanya, penjualan ritel sebulan sebelum Ramadan mengalami pertumbuhan cukup pesat.
Tahun lalu, misalnya, Ramadan jatuh pada pertengahan Maret. Alhasil, penjualan ritel pada Maret tahun lalu naik 9,3% yoy.
Sementara pada 2023, di Ramadan jatuh pada awal April, penjualan eceran pada Maret tumbuh dan 4,9% yoy.
Daya Beli Lemah
Dari realisasi penerimaan PPh 21, PPN, IKK, dan penjualan ritel, tendensi bahwa daya beli tertekan memang terlihat nyata adanya. Hal itu juga dipertegas oleh pernyataan dari Teuku Riefky, Ekonom Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) Universitas Indonesia.
Penurunan daya beli masyarakat, menurunnya kelas menengah, penurunan produktivitas berbagai industri dan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK)," ujar Riefky.
Sekadar catatan, fenomena PHK mencuat usai dua pabrik peralatan musik Yamaha dengan lini produksi piano dikabarkan terancam akan tutup tahun ini, mengikuti perusahaan elektronik PT Sanken Indonesia yang juga akan berhenti beroperasi pada Juni 2025.
Kementerian Ketenagakerjaan mencatat terdapat 77.965 orang tenaga kerja yang terdampak PHK (Pemutusan Hubungan Kerja) pada periode Januari-Desember 2024.
(red)
































