Chrisnawan juga menyampaikan, pascapenetapan tarif oleh AS, China menetapkan kebijakan tarif balasan untuk AS yang berlaku pada 10 Februari 2025 atas minyak mentah, kendaraan, dan mesin pertanian sebesar 10%, serta batu bara, dan LNG sebesar 15%.
Selain itu, kata dia, International Energy Agency (IEA) dalam publikasi bulan Februari menyampaikan bahwa suplai negara non-OPEC mengalami peningkatan produksi hingga 200.000 barel per hari, menjadi 14,31 juta barel.
Untuk kawasan Asia Pasifik, penurunan harga minyak mentah selain disebabkan oleh faktor-faktor tersebut, juga dipengaruhi kekhawatiran pasar atas kondisi perekonomian Tiongkok pascapublikasi Caixin Purchasing Manager Index China sebesar 51 yang lebih rendah dari ekspektasi pasar.
Selain itu juga terdapat penutupan tak terencana atau unplanned shutdown pada Crude Distillation Unit di Kilang Kawasaki, Jepang dengan kapasitas 172,1 ribu barel per hari dan direncanakan akan dioperasikan kembali pada pertengahan Februari 2025.
Perkembangan harga minyak mentah utama pada Februari 2025 dibandingkan Januari 2025 adalah sebagai berikut:
- Dated Brent turun sebesar US$4,08 per barel dari US$79,23 per barel menjadi US$75,16 per barel.
- WTI (Nymex) turun sebesar US$3,89 per barel dari US$75,10 per barel menjadi US$71,21 per barel.
- Brent (ICE) turun sebesar US$3,39 per barel dari US$78,35 per barel menjadi US$74,95 per barel.
- Basket OPEC turun sebesar US$2,56 per barel dari US$79,45 per barel menjadi US$76,89 per barel.
- Rata-rata ICP minyak mentah Indonesia turun sebesar US$2,52 per barel dari US$76,81 per barel menjadi US$74,29 per barel.
(mfd/wdh)






























