Logo Bloomberg Technoz

Bursa Asia Dibayangi Deflasi China & Ketidakpastian Ekonomi AS

News
10 March 2025 06:30

Bursa Asia. (Dok: Bloomberg)
Bursa Asia. (Dok: Bloomberg)

Toby Alder - Bloomberg News

Bloomberg, Bursa saham Asia bersiap menghadapi pembukaan yang bergejolak pada Senin (10/03/2025), di tengah kekhawatiran deflasi di China dan pernyataan Gubernur bank sentral AS atau Federal Reserve (The Fed) Jerome Powell yang mengakui ketidakpastian dalam prospek ekonomi AS.

Saham Australia tidak mengalami banyak perubahan, sementara indeks berjangka ekuitas Jepang menguat dan indeks Hong Kong sedikit melemah. Kontrak berjangka untuk S&P 500 dan Nasdaq 100 yang didominasi saham teknologi turun, sedangkan yen menguat. Harga minyak jatuh pada Senin setelah mengalami penurunan mingguan ketujuh berturut-turut, sementara Bitcoin terus melemah. Obligasi juga mengalami tekanan, dan dolar AS mencatat pekan terburuknya sejak 2022.


Sejumlah faktor ekonomi, kebijakan tarif, dan perkembangan geopolitik menciptakan minggu yang penuh gejolak bagi pasar. Volatilitas pun meningkat, terlihat dari Cboe Volatility Index—indikator yang mengukur ekspektasi pergerakan S&P 500 dalam sebulan ke depan—yang pekan lalu sempat melampaui level 26, angka yang jarang terlihat sejak era Covid pada 2020-2022.

Meskipun Powell pada Jumat (07/03/2025) mengakui meningkatnya ketidakpastian dalam prospek ekonomi AS, ia menegaskan bahwa para pejabat The Fed tidak perlu terburu-buru memangkas suku bunga. Ia juga memperkirakan inflasi akan terus turun menuju target 2%, meski kenaikan harga akibat tarif impor diperkirakan hanya bersifat sementara.