Ketua Umum Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI), Abdul Sobur, menambahkan, mebel dan kerajinan adalah industri yang sangat strategis.
Selain sebagai industri padat karya, lanjut Abdul, industri ini juga merupakan industri berbasis kreatif yang mampu bertahan lama. Untuk mendukung pertumbuhan industri, ia berharap pemerintah dapat membantu dalam hal regulasi.
“Kami berharap pemerintah bisa membantu dalam hal regulasi yang menghambat pertumbuhan industri misalnya terkait Sistem Verifikasi Legalitas Kayu (SVLK). Agar SVLK cukup diberlakukan di hulu saja. Ini cukup menunjukkan industri mebel kita sadar akan lingkungan,” ujar Sobur.
Regulasi yang memudahkan pelaku industri diklaim akan berdampak positif bagi pertumbuhan industri mebel dan kerajinan. Meskipun secara global masih ada perlambatan ekonomi dan permintaan akibat perubahan geopolitik, dirinya masih optimis bahwa industri akan tetap bisa bertumbuh.
Hingga November 2024, ekspor produk mebel dan kerajinan mencapai US$2,37 miliar, naik tipis dari tahun sebelumnya yang mencapai US$2,22 miliar.
Sementara, Data Expert Market Research menyatakan nilai pasar furnitur global sepanjang 2024 mencapai US$660 miliar, dan diperkirakan akan terus tumbuh sebesar 4,9% pada periode 2025 hingga 2034.
"Kita percaya diri, suatu saat ekspor industri mebel lokal bisa mencapai angka US$5 miliar paling tidak di akhir tahun 2030," pungkas dia.
(ibn/wep)
































