Meski demikian, dia memprediksi total klaim tak akan melampaui kerugian akibat banjir pada 2020. Salah satunya, kata dia, merujuk pada banjir di wilayah Karawang yang tak mengenai kawasan industri.
"Kalau dilihat dari televisi, [banjir] itu harusnya tidak lebih besar [dari banjir 2020]. Tapi, masih terlalu dini untuk prediksi lebih kecil atau besar dari sebelumnya," ujar Budi.
Di sisi lain, Wakil Ketua Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) Bidang Statistik dan Riset Trinita Situmeang mengatakan, tak hanya harta benda tapi juga ada beberapa kendaraan bermotor dan project yang terendam banjir.
Saat ini, tiap perusahaan asuransi pun tengah mengumpulkan informasi terkait ekspos dampak banjir tersebut. "Secara asosiasi, kita akan mintakan setiap anggota bagaimana mereka terekspos dengan banjir ini," ujar dia.
"Yang terpengaruh bukan hanya harta benda tapi kendaraan bermotor, tapi juga project yang terendam. Kalau lebih jauh sampai nggak bisa jualan atau orang nggak bisa bayar cicilan. Itu nggak case ke asuransi kredit ya. Jadi ini lebih ke kerusakan harta bendanya. Kontruksi juga nggak bisa jalan kalau terendam."
(mef/frg)