Semua tenor obligasi negara menunjukkan penurunan imbal hasil, seperti dilansir dari data OTC Bloomberg.
Yield 5Y turun terbanyak yaitu 2,2 basis poin ke level 6,612%. Juga yield 16Y yang turun 4,2 basis poin ke 7,098%. Sedangkan tenor acuan 10Y bergerak sedikit ke 6,867%. Hanya tenor 11Y yang naik yieldnya 3 basis poin jadi 6,980%.
Rebound pasar saham dan obligasi negara siang ini terutama karena adanya ekspektasi bahwa Pemerintahan Donald Trump mungkin akan mengendurkan kebijakan tarif mereka ke beberapa negara yang sejauh ini sudah dikenakan.
Juga, karena menguatnya spekulasi akan ada stimulus lebih banyak dari Pemerintah Tiongkok seiring target ekonomi nan ambisius.
Indeks dolar AS masih melanjutkan pelemahan ke level 105,64, ketika yield US Treasury siang ini pada sesi Asia masih naik.
Yield UST-2Y naik 1 basis poin ke 3,959%. Lalu tenor 5Y naik 6,4 basis poin ke 4,026% dan tenor 10Y naik hingga 8,5 basis poin ke 4,240%.
Keringanan tarif
Menteri Perdagangan AS Howard Lutnick memberi sinyal, Pemerintahan Donald Trump mungkin akan mencabut beberapa tarif yang memicu aksi jual global di pasar.
Lutnick bilang bahwa AS bisa mengumumkan keringanan tarif pada barang-barang Meksiko dan Kanada yang tercakup dalam perjanjian perdagangan bebas Amerika Utara secepatnya pada Rabu (5/3/2025).
Ia menambahkan, tarif mungkin akan mendarat "di suatu tempat di tengah-tengah," di mana Trump "bergerak bersama Kanada dan Meksiko, tetapi tidak sepenuhnya."
Di sisi lain, pencanangan target ekonomi China nan ambisius memantik spekulasi akan ada lebih banyak stimulus yang akan digelontorkan otoritas Tiongkok untuk menggenjot perekonomian kedua terbesar di dunia itu.
China menetapkan target pertumbuhan ekonominya sekitar 5% untuk tahun 2025, berdasarkan salinan laporan kerja tahunan pemerintah yang dilihat Bloomberg News.
China juga menetapkan target defisit fiskal tahun ini sekitar 4% dari produk domestik bruto (PDB) — level tertinggi dalam lebih dari tiga dekade terakhir. Target PDB dan defisit anggaran secara umum sejalan dengan ekspektasi para ekonom menjelang pertemuan tersebut.
"Ini adalah target pertumbuhan yang ambisius, dan berarti pihak berwenang masih perlu mendukung pertumbuhan," kata Raymond Yeung, Kepala Ekonom untuk China Raya di Australia & New Zealand Banking Group, dilansir dari Bloomberg.
"Angka ini mencerminkan tekad otoritas untuk mendukung pertumbuhan di tengah ketidakpastian eksternal dan ketegangan perdagangan dengan AS."
-- update pada posisi penutupan rupiah spot dan yield SUN.
(rui)
































