Bahlil menuturkan kedua proyek tersebut masuk dalam 21 proyek hilirisasi tahap pertama yang akan digarap pemerintah dengan total investasi mencapai US$40 miliar atau sekitar Rp659,2 triliun.
Proyek-proyek ini mencakup berbagai sektor strategis, termasuk minyak dan gas bumi (migas), pertambangan, pertanian, hingga kelautan.
Dalam kesempatan terpisah, mantan Komisaris Utama PT Pertamina (Persero) Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok menyatakan banyak pembangunan kilang di Tanah Air yang salah, termasuk proyek Refinery Development Master Plan (RDMP) atau Kilang Balikpapan.
“Saya mesti ngomong jujur ya banyak setiap pembangunan kilang itu salah termasuk kilang Balikpapan kalau diperiksa banyak masuk penjara. Itu sampai ngaco, makanya saya bilang banyak dosa-dosa lama yang mesti dibereskan,” kata Ahok dalam video wawancaranya bersama Narasi.
Ahok juga berkomentar mengenai lokasi penempatan cadangan minyak di Pulau Nipa. Menurut Ahok, seharusnya Pertamina membangun di Tuban, Jawa Timur alih-alih Pulau Nipa yang lebih dekat dengan Negeri Singa.
“Lalu apa ngeyelnya dia enggak lakukan di Tuban, dia lakukan di Pulau Nipa. Ngapain di Pulau Nipa? Saya maki-maki itu Pulau Nipa ngapain dekat Singapura bersaing taruh di Tuban di tengah Indonesia, dekat IKN,” tutur Ahok.
Sekadar catatan, Kilang Balikpapan nantinya dapat mengolah minyak mentah sebesar 360.000 bph. Kilang tersebut saat ini masih dalam proses penyelesaian pembangunan peningkatan kapasitas pengolahan per Februari mencapai 92,42%.
Jika kilang Balikpapan selesai dibangun akan melampaui kapasitas Kilang Cilacap, atau kilang dengan kapasitas terbesar saat ini.
(mfd/wdh)
































