Pemerintahan Trump terus meningkatkan tekanan terhadap China dengan berbagai kebijakan di sektor investasi, perdagangan, dan lainnya. Terbaru, Washington mengancam akan menerapkan tambahan tarif 10% yang dijadwalkan berlaku mulai 4 Maret.
Di tengah tekanan ini, Presiden Xi Jinping menyerukan para pejabatnya agar tetap tenang menghadapi tantangan domestik dan global, menandakan bahwa Beijing akan mengambil langkah yang hati-hati dalam merespons kebijakan baru AS.
Xi baru-baru ini juga bertemu dengan sejumlah bos teknologi, termasuk Jack Ma, salah satu pendiri Alibaba Ltd., dalam upaya membangun kembali kepercayaan di sektor swasta. Beberapa ekonom memperkirakan bahwa pertemuan parlemen nasional mendatang akan menghasilkan kebijakan baru untuk mendorong konsumsi dalam negeri.
Ekonomi China tumbuh lebih baik dari perkiraan pada 2024, berkat serangkaian kebijakan stimulus serta lonjakan ekspor di akhir tahun. Namun, pemulihan ekonomi masih belum merata. Sektor manufaktur kadang menjadi titik terang, tetapi konsumsi dalam negeri masih tertahan akibat lemahnya pasar tenaga kerja serta krisis berkepanjangan di sektor real estate.
China juga mencatat surplus perdagangan mendekati $1 triliun tahun lalu—salah satu yang tertinggi dalam sejarah. Ketidakseimbangan ini memicu kekhawatiran di antara mitra dagang utama China, yang menuduh Beijing menciptakan kapasitas produksi berlebih melalui subsidi negara. Akibatnya, banyak negara kini mulai menerapkan hambatan perdagangan baru yang berpotensi menghambat ekspor produk-produk utama China, termasuk kendaraan listrik.
(bbn)































