Logo Bloomberg Technoz

Tambahan tarif untuk China ini merupakan kelanjutan dari tarif 10% yang sudah lebih dulu diterapkan pada awal bulan ini, ketika Trump menunda tarif untuk Kanada dan Meksiko. Tarif 25% akan dikenakan pada seluruh impor dari Kanada dan Meksiko, kecuali produk energi dari Kanada, yang akan dikenakan pajak 10%.

"Ini adalah tambahan 10%, jadi totalnya menjadi 10 plus 10," kata Trump saat berbicara di Gedung Oval pada Kamis. "Saya pikir kita akan melihat penyelundupan narkoba berkurang karena negara-negara seharusnya tidak membiarkan narkoba masuk ke Amerika Serikat. Kita tidak akan membiarkannya terjadi."

Kebijakan ini membawa Amerika Utara kembali ke ambang perang dagang. Para ekonom memperingatkan bahwa tarif ini dapat menghambat pertumbuhan ekonomi AS, memperburuk inflasi, dan bahkan memicu resesi di Meksiko serta Kanada. Ketiga negara ini, bersama dengan China, adalah mitra dagang utama AS. Jika tidak ada kebijakan alternatif yang disepakati dalam waktu dekat, tarif baru ini akan dikenakan pada lebih dari US$1 triliun nilai impor.

Pengumuman terbaru Trump ini mengguncang pasar keuangan. Dolar AS melonjak pada Kamis, menyebabkan mata uang Kanada (loonie), peso Meksiko, dan yuan China melemah. Indeks S&P 500 turun 1,6% akibat kekhawatiran investor terhadap dampak hambatan perdagangan terhadap ekonomi.

Dalam pertemuan kabinet pada Rabu, Trump tampaknya mencampuradukkan tarif Amerika Utara yang berkaitan dengan perdagangan narkoba dan migrasi ilegal dengan tarif timbal balik lainnya yang sedang direncanakan pemerintahannya untuk negara-negara lain.

"Tarif timbal balik yang dijadwalkan pada 2 April akan tetap berlaku sepenuhnya," tulis Trump pada Kamis.

Seorang pejabat Gedung Putih yang enggan disebutkan namanya mengatakan bahwa Trump kecewa dengan hasil kebijakan keamanan perbatasan Kanada dan Meksiko sejauh ini, dan melihat bahwa sebagian besar kemajuan hanya berasal dari upaya AS sendiri. Pemerintah saat ini meninjau angka kematian akibat overdosis di AS sebagai indikator efektivitas kebijakan yang diterapkan Kanada dan Meksiko. Meskipun Trump tampak tegas untuk tetap memberlakukan tarif, pejabat tersebut tidak menutup kemungkinan adanya kesepakatan sebelum 4 Maret.

Ketika ditanya apakah ia puas dengan kemajuan yang ada, Trump menjawab, "Tidak sama sekali."

Tarif terhadap China juga berkaitan dengan peran negara itu dalam perdagangan fentanyl ilegal. Menurut Badan Penegakan Narkotika AS (DEA), banyak fentanyl ilegal diproduksi di luar negeri dan diselundupkan ke AS melalui Meksiko. Kartel sering menggunakan bahan baku dari China untuk membuat obat tersebut. Namun, pemerintah China menolak tuduhan ini dan menyebutnya sebagai "alasan" untuk kebijakan tarif Trump.

Menteri Perdagangan China, Wang Wentao, telah mengirim surat kepada Perwakilan Dagang AS, Jamieson Greer, untuk menyampaikan keberatan atas kebijakan tarif tersebut.

Upaya Diplomasi Kanada dan Meksiko

Pengumuman Trump diperkirakan akan meningkatkan tekanan diplomasi dari Kanada dan Meksiko, yang sudah berupaya keras melobi agar diberikan pengecualian tambahan. Sebelumnya, Perdana Menteri Kanada, Justin Trudeau, dan Presiden Meksiko, Claudia Sheinbaum, menawarkan sejumlah konsesi yang berhasil meyakinkan Trump untuk menunda tarif pada menit terakhir.

Beberapa pejabat tinggi Kanada, termasuk Menteri Keamanan Publik David McGuinty, pejabat anti-narkoba Kevin Brosseau, Menteri Transportasi Anita Anand, dan Menteri Pertanian Lawrence MacAulay, melakukan perjalanan ke Washington pekan ini untuk meyakinkan pemerintahan Trump bahwa Kanada tidak seharusnya dikenai tarif. Mereka dijadwalkan bertemu dengan pejabat perbatasan AS, Tom Homan.

"Kami yakin bahwa upaya yang telah kami lakukan sejauh ini seharusnya cukup untuk memenuhi harapan pemerintahan AS," kata McGuinty di Washington pada Kamis.

Kanada telah menyetujui rencana senilai US$901 juta untuk meningkatkan patroli perbatasan dengan AS. Sementara itu, Meksiko telah mengirim 10.000 pasukan Garda Nasional ke perbatasan untuk membantu mengendalikan penyelundupan fentanyl dan migran.

Presiden Meksiko, Claudia Sheinbaum, mengatakan pada Rabu bahwa ia siap berbicara langsung dengan Trump "jika diperlukan" untuk mencegah diberlakukannya tarif.

Baik Kanada maupun Meksiko telah menunjukkan kesiapan untuk melakukan negosiasi menit terakhir, tetapi mereka juga mengancam akan melakukan tindakan balasan jika Trump tetap melanjutkan kebijakan tarifnya.

"Jika pada Selasa nanti tarif tidak adil ini dikenakan terhadap Kanada, kami akan merespons dengan tindakan yang cepat dan sangat tegas," ujar Trudeau pada Kamis, menegaskan rencana pemerintahannya untuk memberlakukan tarif balasan senilai US$107 miliar terhadap barang-barang AS.

"Tapi kami tidak ingin melakukan itu," tambahnya. "Kami tidak ingin perang dagang terjadi antara dua negara kita."

Dampak Ekonomi dan Hubungan Dagang

Amerika Serikat, Kanada, dan Meksiko telah mengintegrasikan rantai pasok mereka selama beberapa dekade terakhir, dari industri otomotif hingga pertanian. Pemberlakuan tarif baru ini berisiko mengganggu kesepakatan perdagangan Amerika Utara yang ditandatangani Trump dalam masa jabatan pertamanya. Pada 2023, nilai perdagangan barang dan jasa antara Kanada dan AS mencapai sekitar US$920 miliar, sementara perdagangan AS-Meksiko mencapai hampir US$900 miliar, menurut data Departemen Perdagangan AS.

Sejauh ini, Trump cenderung lebih berhati-hati dalam kebijakan tarif terhadap China, mitra dagang terbesar ketiga AS, dan sempat menyatakan keinginannya untuk mencapai kesepakatan perdagangan dengan Beijing. Namun, janji terbarunya untuk menaikkan tarif dapat memperburuk hubungan kedua negara, terutama dengan adanya pembatasan investasi pada sektor strategis seperti semikonduktor.

Presiden China, Xi Jinping, telah menginstruksikan pejabatnya untuk tetap tenang menghadapi tantangan global. Ini menunjukkan bahwa China akan mengambil pendekatan yang lebih hati-hati dalam menanggapi kebijakan pembatasan dari AS untuk saat ini.

Di dalam negeri, kebijakan tarif ini bisa memicu reaksi politik terhadap Trump. Sebuah survei Harris yang dilakukan untuk Bloomberg News menunjukkan bahwa 60% orang dewasa di AS percaya bahwa tarif ini akan menyebabkan harga barang naik, sementara 44% mengatakan kebijakan tersebut akan berdampak buruk bagi ekonomi AS—dibandingkan 31% yang melihatnya sebagai keuntungan.

Analis Bloomberg Economics memperkirakan bahwa jika tarif terhadap China dinaikkan hingga 60%, ekspor China ke AS bisa turun hingga 80%, berisiko memangkas 2,3% dari PDB China dalam jangka menengah.

(bbn)

No more pages