Trump sebelumnya mengusulkan agar AS mengambil alih Jalur Gaza dan mengembangkan wilayah tersebut menjadi "Riviera Timur Tengah," dengan penduduk Gaza dipindahkan ke negara-negara Arab tetangga. Usulan ini mendapat reaksi keras di berbagai ibu kota Timur Tengah dan negara lainnya, dengan banyak pihak menolak pemindahan paksa warga Palestina. Para kritikus bahkan menyamakannya dengan pembersihan etnis serta pelanggaran hukum internasional.
Dalam sesi tanya jawab, Witkoff membantah bahwa rencana tersebut bertujuan untuk mengusir warga Gaza. Namun, ia berpendapat bahwa akan sulit bagi mereka untuk tetap tinggal selama 10 hingga 15 tahun ke depan, waktu yang menurutnya diperlukan untuk membangun kembali wilayah pesisir tersebut.
"Gaza saat ini adalah sebuah kawasan kumuh raksasa yang telah hancur akibat perang selama lebih dari setahun," kata Witkoff. "Kita memerlukan rencana pembangunan jangka panjang."
Ia juga mengklaim bahwa beberapa negara telah menunjukkan niat mereka untuk membantu mencari solusi bagi penduduk Gaza atas dasar kemanusiaan.
Namun, Witkoff tidak memberikan rincian lebih lanjut, termasuk mengenai lokasi dan tanggal pertemuan puncak tersebut. The Wall Street Journal sebelumnya melaporkan bahwa Witkoff telah melakukan pembicaraan mengenai penyelenggaraan KTT ini.
(bbn)




























