Berikut 10 saham dengan angka net buy tertinggi yang paling jadi incaran oleh investor asing selama perdagangan Rabu (19/2/2025):
- PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) Rp116,24 miliar
- PT Astra International Tbk (ASII) Rp66,5 miliar
- PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) Rp49,71 miliar
- PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) Rp43,51 miliar
- PT United Tractors Tbk (UNTR) Rp28,17 miliar
Bank Indonesia Tahan BI Rate di 5,75%
Bank Indonesia mengumumkan hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) edisi Februari 2025. Sesuai dengan perkiraan pasar, Gubernur Perry Warjiyo dan sejawat memutuskan untuk mempertahankan BI Rate.
RDG BI pada 18 dan 19 Februari 2025 memutuskan untuk menahan BI Rate menjadi 5,75%, suku bunga Deposit Facility 5% dan suku Lending Facility 6,5%.
Gubernur BI Perry Warjiyo menjelaskan keputusan ini konsisten dengan upaya menjaga agar perkiraan inflasi 2025 dan 2026 tetap terkendali dalam sasaran yang ditetapkan pemerintah, yakni 2,5% plus minus 1%.
Keputusan ini searah dengan ekspektasi. Konsensus pasar yang dihimpun oleh Bloomberg menghasilkan median perkiraan BI Rate masih akan tetap dipertahankan di level saat ini yakni 5,75%.
Kredit Bank Tumbuh Melambat di Awal Tahun 2025
BI juga melaporkan pertumbuhan kredit perbankan pada Januari 2025 yang tercatat tumbuh 10,27% secara tahunan (year-on-year/yoy).
Pencapaian tersebut terbilang melambat dibandingkan dengan pertumbuhan pada Desember 2024 sebelumnya yang sebesar 10,39% yoy dan juga dengan Januari 2024 yang kala itu berhasil mencapai 11,83% yoy.
Gubernur BI Perry Warjiyo menjelaskan, dari sisi permintaan, pertumbuhan kredit didukung oleh kinerja penjualan korporasi yang masih tumbuh positif di tengah konsumsi rumah tangga yang terbatas.
“Berdasarkan kelompok penggunaan, pertumbuhan kredit modal kerja, kredit investasi, dan kredit konsumsi, masing-masing sebesar 8,40% yoy, 13,22% yoy, dan 10,37% yoy,” sebut Perry dalam Konferensi Pers, Rabu.
Kemudian, Pembiayaan syariah tumbuh sebesar 9,71% yoy, sementara kredit usaha menengah, kecil, dan mikro (UMKM) tumbuh 2,88% yoy.
Dari sisi penawaran, Gubernur BI mengklaim pertumbuhan kredit ditopang oleh realokasi alat likuid ke kredit oleh perbankan yang masih berlanjut, dukungan pendanaan dari pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) yang masih terjaga, meski bank sentral enggan membeberkan nilai pertumbuhan DPK perbankan saat ini.
“Selain itu, ada ketersediaan likuiditas yang tetap baik sejalan dengan implementasi penguatan insentif likuiditas makroprudensial atau biasa disebut dengan istilah KLM,” papar Perry.
(fad/aji)





























