Logo Bloomberg Technoz

Bloomberg Technoz, Jakarta - PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) atau Bank BTN melaporkan kinerja laba bersih sepanjang tahun 2024 sebesar Rp3 triliun, turun 14% dibandingkan periode tahun sebelumnya atau 2023. Realisasi ini menjadikan capaian laba Bank BTN nyaris sejajar seperti tahun 2022 yang sekitar Rp3,04 triliun.

Realisasi pendapatan bunga bersih (Net Interest Income/NII) Bank BTN mengalami perlambatan 19,3% yoy menjadi Rp11,73 triliun per Desember 2024 dibandingkan sebelumnya Rp13,62 triliun. Secara kuartalan juga terjadi penurunan pendapatan bunga bersih 1,9%.

Pada bagian lain non-interest income BBTN tercatat naik 17,6% dengan total realisasi Rp4,6 triliun dibandingkan sebelumnya Rp3,9 triliun, dilansir dari dokumen publikasi perseroan Selasa (11/2/2025).

Pada saat yang sama emiten perbankan BUMN yang fokus pada pembiayaan perumahan tersebut mencatatkan realisasi kredit Rp357,7 triliun, tumuh 7,3% yoy dibandingkan sebelumnya, Rp333 triliun.

Menurut Direktur Utama BTN Nixon LP Napitupulu pembiayaan perumahan (non-subsidi atau subsidi) masih memperlihatkan peningkatan. KPR subsidi yang dihasilkan Bank BTN tercatat naik 7,5% menjadi Rp173 triliun. Sedangkan KPR non subsidi pada akhir 2024 tercatat Rp105,9 triliun.

Rasio kredit bermasalah atau Non Performing Loan (NPL) gross tercatat di level 3,2%, naik dibandingkan periode sebelumnya 3,0%. Sedangkan capaian NPL Net berada di level 1,89% per Desember 2024 vs NPL Net pada Desember 2023 sebesar 1,32%.

Pada bagian lain pembukuan Dana Pihak Ketiga (DPK) mengalami peningkatan 9,07% yoy menjadi Rp381,6 triliun.

Dari hasil laporan keuangan BTN berikut beberapa faktor utama penurunan laba bersih BTN 

Beban Bunga yang Meningkat

Salah satu faktor utama penurunan laba BTN adalah meningkatnya beban bunga yang naik sebesar 21,9% yoy, dari Rp14,6 triliun di 2023 menjadi Rp17,8 triliun di 2024. Hal ini terutama disebabkan oleh tingginya tingkat Loan to Deposit Ratio (LDR) yang mencapai 93,8% di akhir 2024.

Net Interest Margin (NIM) yang Menurun

Net Interest Margin (NIM) BTN mengalami penurunan signifikan sebesar 88 basis poin (bps) dari 3,8% di 2023 menjadi hanya 2,9% di 2024. 

Beban Operasional yang Naik

Beban operasional BTN juga mengalami kenaikan 12,1% yoy, dari Rp9,3 triliun di 2023 menjadi Rp10,4 triliun di 2024. Salah satu komponen utama yang berkontribusi terhadap kenaikan ini adalah peningkatan biaya tenaga kerja dan manfaat karyawan sebesar 35% yoy.

Peningkatan Kredit Bermasalah (NPL)

Non-Performing Loan (NPL) BTN mengalami kenaikan tipis dari 3,0% di 2023 menjadi 3,2% di 2024. 

Perlambatan Pertumbuhan Kredit

Walaupun kredit BTN masih tumbuh 7,3% yoy, pertumbuhannya lebih lambat dibandingkan 2023 yang mencatat pertumbuhan 11,9%. Perlambatan ini disebabkan oleh selektivitas dalam pemberian kredit, khususnya pada segmen konstruksi yang mengalami kontraksi 9%.

(rtd/wep)

No more pages