Pelemahan nilai rupiah pagi ini sepertinya masih terdampak oleh kejatuhan pasar saham yang makin tak terkendali. IHSG dibuka ambles 1,71% dan setelah makin tenggelam dengan pelemahan 2,77%.
Saham-saham terafiliasi taipan Prajogo Pangestu mendapat tekanan terbesar terutama BREN, PTRO, CUAN juga RATU. Bahkan beberapa di antaranya terpental Auto Rejection Bawah (ARB).
Secara teknikal nilai rupiah berpotensi melanjutkan tren pelemahan hari ini. Level support terdekat rupiah ada di Rp16.350/US$. Pelemahan selanjutnya akan tertahan di Rp16.380/US$.
Apabila kembali break support tersebut, berpotensi melemah lanjutan dengan menuju level Rp16.400/US$ sebagai support terkuat.
Mencermati berbagai sentimen, rupiah masih ada potensi untuk melanjutkan tren pelemahan, support menarik dicermati ada pada level Rp16.450/US$ sebagai support paling krusial.
Jika nilai rupiah terjadi penguatan, resistance amat menarik dicermati pada level Rp16.300/US$ dan selanjutnya Rp16.200/US$ sebagai resistance potensial.
Sinyal Bessent
Selain karena arus keluar modal dari pasar saham, pelemahan rupiah juga tersundut oleh sentimen global.
Indeks dolar AS kembali merangkak naik pagi ini di kisaran 107,70.
Pernyataan Menteri Keuangan AS Scott Bessent memberi sentimen negatif bagi mata uang di luar dolar AS, termasuk rupiah.
Dalam wawancara dengan Bloomberg, Bessent mengatakan ia mendukung dolar yang kuat dan tidak berencana mengubah rencana penerbitan utang pemerintah.
Itu berkebalikan dengan pernyataan Presiden Donald Trump pada masa kampanye di mana ia mengkhawatirkan penguatan dolar AS karena membuat ekspor mereka kurang kompetitif.
"Trajectory bagus dan pemerintah AS memiliki pendanaan yang baik. Saya yakin bahwa ketika agenda presiden mulai terlihat jelas, kita akan melihat banyak pertumbuhan noninflasi dan saya pikir itu akan membantu kita mengkalibrasi seperti apa kebijakan itu nantinya. Namun, saya tidak memperkirakan ada perubahan dalam penerbitan obligasi [Treasury, surat utang AS] dalam waktu dekat," kata Bessent dalam wawancara bersama Saleha Mohsin dari Bloomberg TV.
Dengan kata lain, AS tidak memiliki rencana mendorong pelemahan dolar AS. "Kebijakan dolar yang kuat sepenuhnya sejalan dengan Presiden Trump. Kami ingin dolar menjadi kuat. Yang tidak kami inginkan adalah negara lain melemahkan mata uang mereka, memanipulasi perdagangan mereka," kata Bessent.
-- koreksi pada persentase penguatan/pelemahan valuta Asia year-to-date.
(rui)




























