Level tersebut cukup jauh dengan posisi penutupan rupiah spot pekan lalu di Rp16.173/US$. Hal itu mungkin mengisyaratkan akan adaya potensi tekanan yang dihadapi oleh rupiah hari ini, meski mungkin dalam kisaran sempit.
Prospek bunga global
Pernyataan Powell dalam taklimat media kala mengumumkan keputusan FOMC The Fed, dengan hasil yang telah diantisipasi luas yakni menahan suku bunga acuan, belum memberikan sinyal yang lebih jelas tentang arah kebijakan bunga acuan ke depan.
Powell memilih pendekatan wait and see untuk menentukan tindakan ke depan, setelah Komite melihat menahan bunga acuan saat ini adalah langkah terbaik.
Pertumbuhan ekonomi AS yang kuat ditambah pasar tenaga kerja nan solid, memungkinkan The Fed menunggu bukti lanjutan bahwa inflasi di negeri itu memang telah berada di jalur penurunan, sebelum akhirnya menyesuaikan kebijakan bunga acuan.
Yang pasti, pendekatan wait and see The Fed memberi waktu bagi mereka untuk mengevaluasi bagaimana kebijakan Presiden AS Donald Trump terkait imigrasi, tarif impor serta pajak, akan mempengaruhi perekonomian terbesar di dunia itu.
"Komite ini masih menunggu untuk mencermati kebijakan apa yang diberlakukan," kata Powell. "Kita perlu membiarkan kebijakan-kebijakan tersebut diartikulasikan sebelum kita dapat mulai membuat penilaian yang masuk akal tentang implikasinya terhadap ekonomi."
Ketika ditanya secara spesifik tentang potensi pemotongan suku bunga pada pertemuan The Fed berikutnya pada Maret, Powell menegaskan bahwa para pembuat kebijakan tidak terburu-buru untuk menurunkan biaya pinjaman. Ia menekankan The Fed ingin mengamati "data berantai" yang menunjukkan perkembangan inflasi lebih lanjut.
Jika digabungkan dengan komentar-komentar dari para pejabat lain dalam beberapa minggu terakhir, pernyataan tersebut mengindikasikan bahwa The Fed mungkin akan tetap menahan suku bunga untuk beberapa waktu ke depan.
Pembacaan atas sinyal The Fed itu telah membuat 'taruhan' di pasar Treasury memudar. Yield surat utang AS naik lagi di mana tenor 2Y yang paling sensitif dengan kebijakan suku bunga, naik 2,5 basis poin ke level 4,22%. Sedangkan tenor 10Y naik tipis 0,4 basis poin menjadi 4,53%.
Indeks saham di Wall Street juga terkoreksi lagi di tengah laporan keuangan raksasa-raksasa teknologi kemarin yang agak mengecewakan para investor. Nasdaq turun 0,51% dan S&P 500 juga terpangkas 0,47%.
Pada pembukaan pasar Asia, Kamis ini, mata uang Asia cenderung menguat di mana yen naik 0,13%, baht juga menguat 0,10%, dolar Singapura 0,04%, yuan offshore 0,03%, juga dolar Hong Kong yang stagnan.
Selisih imbal hasil menyempit
Lonjakan lagi tingkat imbal hasil Treasury yang mencerminkan penurunan harga obligasi AS, mempersempit kembali selisih imbal hasil alias yield spread dengan surat utang RI.
Kini, yield spread surat utang negara RI dengan Treasury tenor acuan menyempit jadi 239 basis poin. Sebelum keputusan FOMC diumumkan dan Powell menebar sinyal less dovish, selisih imbal hasil masih sebesar 251 basis poin.
Itu mungkin akan memberi tekanan pada pasar surat utang Indonesia hari ini yang sejatinya sepekan lalu mencatat kembalinya animo asing masuk dengan nilai pembelian hampir Rp10 triliun.
Pasar obligasi global juga tertekan di mana kenaikan yield melanda hampir semua surat utang di banyak negara. Sentimen itu mungkin akan dominan mewarnai pasar fixed income di Indonesia hari ini.
Analisis teknikal
Secara teknikal nilai rupiah berpotensi melemah, mencermati berbagai sentimen, dengan koreksi terdekat menuju level Rp16.200/US$ yang menjadi level support pertama. Target pelemahan kedua akan tertahan di Rp16.220/US$.
Apabila kembali break kedua support tersebut, rupiah berpotensi melemah makin jauh menuju level Rp16.250/US$ sebagai support terkuat.
Jika nilai rupiah terjadi penguatan hari ini, resistance menarik dicermati pada level di range Rp16.150/US$ dan selanjutnya Rp16.100/US$.
(rui)





























