Dia mengungkapkan perkiraan ekspor minyak mentah tahun ini sekitar 28 juta barel. Sebesar 12—13 juta barel ditargetkan dapat dioptimalkan untuk menambah pasokan kilang minyak dalam negeri.
Untuk itu, Kementerian ESDM meminta Satuan Kerja Khusus Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS), maupun PT Pertamina (Persero) untuk mengimplementasikan hal tersebut.
“Kami dorong SKK Migas, KKKS, dan Pertamina agar minyak mentah domestik memberikan nilai tambah dalam negeri sehingga turut mengurangi impor,” kata Bahlil.
Badan Pusat Statistik (BPS) menyampaikan ekspor minyak dan gas (migas) naik 17,12% yaitu dari US$1,31 miliar menjadi US$1,53 miliar pada Desember 2024.
Hal ini disebabkan oleh meningkatnya ekspor minyak mentah 28,02% menjadi US$231 juta. Adapun, ekspor hasil minyak naik 2,50% menjadi US$468,5 juta dan ekspor gas alam naik 24,09% menjadi US$839,9 juta.
Secara kumulatif, nilai ekspor migas Indonesia periode Januari—Desember 2024 mencapai US$264,70 miliar atau naik 2,29% dibandingkan dengan periode yang sama 2023.
(mfd/wdh)































