"Operasi stabil pada efisiensi tinggi selama ribuan detik untuk memungkinkan sirkulasi plasma yang berkelanjutan, yang sangat penting untuk pembangkitan daya berkelanjutan dari pabrik fusi di masa depan."
EAST, yang berbasis di Hefei, menggunakan teknologi tokamak, sebuah mesin berbentuk donat yang memanaskan bahan bakar hidrogen hingga menjadi plasma. Plasma ini kemudian dipertahankan oleh medan magnet kuat untuk menjaga reaksi berkelanjutan.
Baru-baru ini, sistem pemanas reaktor ditingkatkan hingga memiliki daya setara dengan 140.000 oven gelombang mikro, yang memungkinkan keberhasilan operasi panjang ini, dilaporkan Newsweek.
Menariknya, China tidak sendirian dalam perlombaan teknologi fusi nuklir. EAST berkontribusi pada pengembangan Reaktor Eksperimental Termonuklir Internasional (ITER), sebuah proyek kolaborasi global yang melibatkan puluhan negara termasuk Amerika Serikat, Jepang, dan Uni Eropa.
ITER, yang sedang dibangun di Prancis, diharapkan menjadi reaktor fusi terbesar di dunia dan mulai beroperasi pada 2039.
Meski demikian, para ahli mengingatkan bahwa teknologi ini masih membutuhkan waktu beberapa dekade sebelum dapat digunakan secara komersial.
Saat ini, semua reaktor fusi, termasuk EAST, masih mengonsumsi lebih banyak energi daripada yang dihasilkannya. Namun, data dan kemajuan yang dihasilkan dari eksperimen ini memberi harapan bagi masa depan energi bersih yang nyaris tak terbatas.
Rekor baru ini sekaligus menegaskan posisi China sebagai salah satu pemimpin dalam pengembangan teknologi fusi nuklir global.
"Kami berharap dapat memperluas kolaborasi internasional melalui EAST dan membawa energi fusi ke dalam penggunaan praktis bagi umat manusia," kata Song.
(wep)


































