Logo Bloomberg Technoz

Bloomberg Technoz, Jakarta – Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengatakan sebanyak 60% dari proyek pembangkit listrik baru di Indonesia akan digarap oleh perusahaan swasta, untuk memenuhi kebutuhan 1,3 juta rumah tangga yang belum teraliri listrik PLN. 

“Kami mendorong pembangkit baru yang diberikan porsi yang besar kepada swasta atau IPP [independent power producer]. Jadi, dari target 71 gigawatt [GW], itu porsi paling besar 60% akan kita serahkan ke swasta,” ujarnya dalam acara Peresmian Proyek Strategis Ketenagalistrikan 18 Provinsi di Sumedang, Senin (20/1/2025).

Bagaimanapun, dia memberi catatan bahwa IPP yang boleh menggarap proyek pembangkit listrik haruslah yang sejalan dengan misi dan rencana pemerintah, bukan yang membuat gerakan tambahan di luar apa yang diwacanakan oleh pemerintah.

Terlebih, tuturnya, sampai saat ini masih banyak masyarakat yang belum mendapatkan akses listrik dari PLN.

“Sebagian besar masih menggunakan listrik swadaya, itu pun tidak sedikit yang menggunakan BBM yang harganya mahal. Terdapat 340 kecamatan yang belum kita kasih listrik, sekitar 6.700 dusun. Kurang lebih kalau dikonversi ke jiwa itu setara 1,3 juta rumah tangga [RT],” kata Bahlil.

Dok: PLN

Dia mengelaborasi kebutuhan anggaran untuk mengaliri penduduk yang belum terelektrifikasi mencapai sekitar Rp48 triliun selama 5 tahun ke depan. 

Konsumsi Per Kapita

Pada kesempatan yang sama, Bahlil mengatakan untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi anual sebesar 8% seperti yang dibidik Presiden Prabowo Subianto, konsumsi listrik per kapita Indonesia harus dinaikkan. 

Saat ini, sebutnya, konsumsi listrik per kapita nasional hanya sekitar 4.500—5.000 per kWh per kapita. 

“Kalau kita mau naikkan cuma di 5.500—6.000 per kWh per kapita, itu berarti pertumbuhan ekonomi kita hanya kita siasati di 6%—7%. Nah, untu bisa 8%, maka kita dorong menjadi 6.000—6.500 per kWh per kapita. Ini yang kita lakukan, sesuai dengan RUPTL,” ujarnya. 

PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) atau PLN sebelumnya memperkirakan investasi yang dibutuhkan untuk proyek ketenagalistrikan sesuai dengan Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2025—2034 mencapai sekitar Rp2.400 triliun.

“Kami butuh Rp2.400 triliun. Jadi on average ada Rp24 triliun yang dibutuhkan untuk investasi dalam 10 tahun ke depan, rata-rata,” kata EVP Aneka Energi Terbarukan PLN Zainal Arifin ditemui di Menara Global, Kamis (16/1/2025).

Zainal menyebut perhitungan itu dilakukan PLN berdasarkan peningkatan kapasitas tenaga listrik sebesar 71 GW dengan porsi 70% merupakan energi baru terbarukan (EBT) dari total sumber listrik di Indonesia.

Zainal menjelaskan kemampuan PLN memang tidak sebesar itu untuk membiayai proyek tersebut. PLN disebut hanya mampu membiayai sekitar Rp70 triliun hingga Rp100 triliun.

Untuk itu, perseroan membuka kesempatan bagi perusahaan pembangkit listrik swasta untuk berinvestasi.

“Maka kita buka kesempatan seluas-seluasnya kepada IPP. Makanya, komposisi proyek-proyek EBT itu juga akan dominan IPP; 60%—70% atau 70%—30%. Dominan oleh IPP,” jelasnya.

(wdh)

No more pages