Logo Bloomberg Technoz

Alhasil, tekanan jual di aset saham dan surat utang akan membuat rupiah semakin merana. Di pasar forward offshore, rupiah NDF-1M sudah diperdagangkan di kisaran Rp16.343/US$ pada Jumat pagi setelah kemarin ditutup melemah 0,60% mendekati Rp16.400/US$.

Bukan cuma Indonesia yang terancam badai global yang belum mereda. Pasar Asia pagi ini juga terlihat semuram itu. Mata uang Asia dibuka melemah terutama won Korsel 0,27%, yen Jepang 0,26%, ringgit dan baht 0,10%, lalu dolar Singapura 0,07%, juga yuan offshore 0,04% serta dolar Hong Kong 0,01%.

Sedangkan pasar saham di Asia yang sudah buka pagi ini juga masih terjebak zona merah. Indeks Kospi Korea ambles 1,22%. Namun, indeks indeks Nikkei Jepang serta Topix berhasil bertahan di zona hijau pagi ini.

Situasi itu masih berat bagi rupiah yang telah rontok. Dana investor keluar secara masif dari pasar saham, surat utang juga rupiah menjadikan pekan-pekan terakhir Desember ini terasa berat bagi pelaku pasar domestik.

IHSG ambles meninggalkan 7.000-an, sementara yield Surat Utang Negara tenor 10 tahun makin tinggi di 7,08%. Tenor 5 tahun bahkan menyentuh level tertinggi di atas 7% lagi. Alhasil, rupiah terkapar. 

Rupiah yang tahun ini sempat menyentuh level terkuat di Rp15.100/US$ pada 25 September setelah pada 21 Juni ambles ke Rp16.450/US$, kini kembali terperosok ke level Rp16.290/US$. Dalam perdagangan spot intraday kemarin, rupiah bahkan sempat menyentuh Rp16.300/US$.

Untuk hari ini, rupiah kemungkinan akan bergerak makin melemah di kisaran Rp16.350-Rp16.450/US$, tertekan keperkasaan indeks dolar AS.

(rui)

No more pages