Akan tetapi, sepertinya program ini akan berlangsung bertahap, tidak sekaligus, tidak semerta-merta. Sebab, industri membutuhkan waktu untuk beradaptasi dengan kebijakan tersebut.

Selain Indonesia, dinamika di Amerika Serikat (AS) juga menjadi sentimen negatif bagi harga CPO. Pemerintah AS telah menyetujui rencana penjualan bahan bakar minyak dengan campuran etanol yang lebih besar, yang dikenal dengan E15.
Campuran etanol yang akan menjadi pilihan sepertinya adalah yang berbasis jagung. Artinya, permintaan kedelai untuk bahan baku etanol sepertinya akan berkurang.
Ini menyebabkan harga minyak kedelai anjlok. Kemarin, harga minyak kedelai di bursa Dalian (China) ambruk 3,48%.
Saat harga minyak kedelai lebih murah, maka keuntungan untuk beralih ke CPO juga berkurang. Sebab, kedua komoditas ini bisa saling menggantikan.
Analisis Teknikal
Lalu bagaimana dengan perkiraan harga CPO hari ini? Apakah bisa bangkit atau malah makin terjepit?
Secara teknikal dengan perspektif harian (daily time frame), CPO masih menghuni zona bearish. Terbukti dengan Relative Strength Index (RSI) yang sebesar 41.9. RSI di bawah 50 menunjukkan suatu aset sedang berada di posisi bearish.
Sedangkan indikator Stochastic RSI sudah menyentuh angka 0. Paling kecil, sudah sangat jenuh beli.
Dengan demikian, harga CPO sejatinya berpeluang bangkit. Target resisten terdekat adalah Moving Average (MA) 10 di MYR 4.705/ton. Jika tertembus, maka MA-20 di MYR 4.859/ton bisa menjadi target berikutnya.
Adapun andai harga CPO jeblok lagi, maka target support ada di MYR 4.484/ton. Penembusan di titik ini berisiko menyebabkan harga CPO turun lagi menuju MYR 4.427/ton.
(aji)