Logo Bloomberg Technoz

Outlook bergantung pada seberapa tangguh pasar tenaga kerja. Rendahnya pengangguran dan kenaikan upah yang persisten sejauh ini masih memberikan amunisi bagi masyarakat AS untuk menghadapi inflasi dan tetap berbelanja.

Indeks harga Personal Consumption Expenditure (PCE price index) meningkat 4,2% pada Januari hingga Maret 2023. Sedang indeks PCE di luar makanan dan energi, tercatat naik 4,9%, lebih cepat daripada perkiraan dan menjadi yang tertinggi dalam setahun. Data PCE Maret akan dirilis pada Jumat. Inflasi sektor jasa masih tinggi sementara harga barang non-durable juga tercatat naik.

Inflasi yang terus tinggi dan angka-angka ukuran belanja konsumen kemungkinan masih akan mendorong Fed melanjutkan kenaikan bunga sebesar 25 bps pekan depan. Kendati krisis yang melanda First Republic Bank, juga menaikkan spekulasi terkait peluang Fed menjeda kenaikan bunga acuan.

“Inflasi masih keras kepala dan berjalan seiring dengan kuatnya pasar tenaga kerja, itu akan menahan Fed berada di jalur kenaikan pada Mei dan kenaikan potensial pada Juni,” ujar Cliff Hodge dari Cornerstone Wealth.

Konsensus ekonom yang disurvei oleh Bloomberg mencatat proyeksi GDP Amerika pada kuartal 1-2023 sebesar 1,9% dengan tingkat konsumsi naik 4%. 

Setelah data-data itu dirilis, Wallstreet langsung menghijau. Indeks S&P dibuka menguat, yield US Treasury naik dan indeks dolar AS menguat.

Tekanan di depan

Bukti perlambatan ekonomi diperkirakan akan semakin terlihat pada kuartal II-2023 dengan proyeksi ekonom sebesar 0,2% pertumbuhan GDP. Survey Fed yang berlangsung April lewat Beige Book, juga mengindikasikan hal serupa dengan bank sentral menggambarkan aktivitas ekonomi melalui kalimat “sedikit berubah” dan belanja konsumen dengan kalimat “mendatar hingga melemah tipis”.

Inflasi AS masih terus tinggi

Sementara resesi masih belum pasti, banyak ekonom termasuk yang berada di Fed, mengharapkan dampak kumulatif pengetatan moneter, penurunan bisnis investasi, perlambatan belanja konsumen dan penyaluran kredit yang lebih ketat, pada akhirnya bisa menyeret perekonomian menjadi lebih turun.

“Data-data terakhir menunjukkan pertumbuhan ekonomi yang lebih lemah akan terjadi pada kuartal kedua. Sementara inflasi terutama sektor jasa tetap naik dan keras kepala. Itu adalah gabungan yang tidak diharapkan yaitu ketika perlambatan pertumbuhan bertemu dengan inflasi yang masih tinggi,” komentar Kathy Bostjanjic, Chief Economist Nationwide.

Apa kata Ekonom Bloomberg:

“Perekonomian AS masih lebih kuat ketimbang sangkaan, dengan konsumsi masyarakat terus berlanjut. Sementara PDB hanya tumbuh 1,1% pada kuartal 1 lalu dan belanja masyarakat yang masih kuat tumbuh 3,2%, menghilangkan ketakutan terhadap resesi saat ini,” Eliza Winger, Ekonom Bloomberg.

- dengan asistensi Chris Middleton, Augusta Saraiva dan Peyton Forte

(bbn)

No more pages