Logo Bloomberg Technoz

Pasca-Kebijakan The Fed, Pemerintah Diimbau Jaga Indikator Fiskal

Azura Yumna Ramadani Purnama
02 May 2024 16:13

Pekerja merapihkan uang dolar AS dan rupiah di gerai penukaran uang di ITC Kuningan, Jakarta, Rabu (17/4/2024). (Bloomberg Technoz/Andrean Kristianto)
Pekerja merapihkan uang dolar AS dan rupiah di gerai penukaran uang di ITC Kuningan, Jakarta, Rabu (17/4/2024). (Bloomberg Technoz/Andrean Kristianto)

Bloomberg Technoz, Jakarta - Ekonom mengimbau pemerintah dan Bank Indonesia (BI) untuk menjaga stabilitas sejumlah indikator ekonomi Indonesia, di tengah keputusan bank sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve yang menahan suku bunga acuan dan berimbas pada ekonomi regional, termasuk Indonesia.

Sebelumnya, Federal Reserve dalam pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) memutuskan untuk mempertahankan level suku bunga tidak berubah selama enam bulan berturut-turut.

Gubernur The Fed Jerome Powell mengatakan dibutuhkan waktu lebih lama dari yang diperkirakan untuk meyakinkan bahwa inflasi akan mencapai target the Fed di kisaran 2%, yang pada dasarnya mengesampingkan penurunan suku bunga dalam waktu dekat. "Kita perlu bersabar," katanya. Komentar itu tampaknya juga menutup kemungkinan kenaikan suku bunga.

Menanggapi kebijakan tersebut, Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengimbau pemerintah dan BI untuk bekerja sama dalam upaya menurunkan risiko inflasi yang masih dalam tren meningkat. Tak hanya itu, dia juga menyarankan pengambil kebijakan untuk mengawasi kondisi rupiah, dan defisit neraca pembayaran.

"Dari sisi domestik, tingkat inflasi yang dalam tren meningkat perlu diawasi, dan pelemahan rupiah yang dapat berisiko pada imported inflation juga perlu diawasi. Selain itu, risiko twin deficit, atau pelebaran defisit pada neraca transaksi berjalan dan anggaran fiskal juga perlu diawasi," ujar Josua kepada Bloomberg Technoz, Kamis (2/5/2024).