Logo Bloomberg Technoz

Ini Penyebab Mengapa Impor Beras Direncanakan Saat Surplus

Rezha Hadyan
27 March 2023 20:03

Harga beras Thailand mencapai level tertinggi sejak Maret 2021 (Bloomberg)
Harga beras Thailand mencapai level tertinggi sejak Maret 2021 (Bloomberg)

Bloomberg Technoz, Jakarta - Rencana pemerintah mengimpor beras di tengah panen raya yang sedang berlangsung menjadi pertanyaan besar. Sebab, belum lama ini pemerintah menyatakan bahwa terdapat kelebihan atau surplus beras pada Februari 2023.

Seperti diketahui, pemerintah melalui Badan Pangan Nasional (Bapanas) menugaskan Perum Badan Urusan Logistik (Bulog) mengimpor 2 juta ton beras hingga akhir tahun ini. Sebanyak 500.000 ton diminta untuk segera didatangkan ke Tanah Air menjelang Hari Raya Idulfitri 1444 H.
 
Penugasan tersebut termaktub dalam Surat Penugasan No. B2/TU.03.03/K/3/2023 tertanggal 24 Maret 2023 yang ditujukan kepada Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso.
 

Surplus kecil

Pengamat pangan Asosiasi Ekonomi Politik Indonnesia (AEPI) Khudori mengatakan bahwa surplus produksi beras pada Februari 2023 terbilang kecil. Surplus tersebut menjadi rebutan pelaku usaha, baik penggilingan padi atau pedagang beras, untuk mengamankan pasokan mereka yang seret sejak Oktober tahun lalu.

"Jadi, wajar jika harga masih tinggi, bahkan terus naik. Ketika harga tinggi, mustahil Bulog bisa dapat gabah atau beras. Ketika harga gabah atau beras tinggi atau di atas HPP [Harga Pembelian Pemerintah], Bulog tidak perlu masuk ke pasar. Kalau memaksa masuk akan berujung salah urus," katanya kepada Bloomberg Technoz, melalui pesan singkat, Senin (27/3/2023).
 
Data Kerangka Sampling Area amatan Februari 2023 dari BPS menunjukkan produksi beras memang masih terbatas walaupun surplus. 
Produksi pada Februari 2023 sebanyak 2,86 juta ton, apabila dikurangi kebutuhan konsumsi sekitar 2,53 juta ton beras, maka ada surplus sekitar 0,32 juta ton atau 320.000 ton. Kemudian pada April dan Maret 2023 diproyeksikan ada surplus beras masing-masing 2,84 juta ton dan 1,26 juta ton.
Sementara itu, pada Januari 2023 produksi beras hanya mencapai 1,33 juta ton. Artinya, ada penyusutan produksi beras sekitar 800.000 ton dari estimasi pemerintah sekitar 3,68 juta ton.
 
"Jika ada pertanyaan bukankah kita suprlus produksi beras kok impor? Benar, merujuk data BPS, sejak 2018 Indonesia surplus beras. Tetapi volume surplus itu terus turun, dari 4,7 juta ton pada 2018 hanya tinggal 1,34 juta ton pada 2022," ujar Khudori.
 
Menurut Khudori, apabila jumlah surplus kian mengecil, soal pengelolaan cadangan dan distribusi jadi isu krusial. Ketika salah perhitungan, dampaknya bisa amat fatal.
 
Tantangan El-Nino
Dia menilai perlu ada upaya-upaya yang serius untuk menggenjot produksi beras di Tanah Air di bawah bayang-bayang sejumlah tantangan. Tahun ini, tantangan produksi diperkirakan jauh lebih sulit ketimbang tahun lalu di mana terjadi fenomena cuaca La-Nina.
 
"Tahun ini, mulai April akan terjadi El-Nino, yang jika merujuk pengalaman biasanya produksi turun," ujarnya.
 
Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo mengklaim bahwa produksi beras dalam negeri pada Januari hingga April 2023 mampu mencukupi kebutuhan dalam negeri atau terbilang aman. Dia juga mengklaim produksi tersebut meningkat dibandingkan dari tahun lalu.
 
"Pada tahun 2023, potensi luas panen selama Januari ke April sebanyak 4,51 juta hektar, meningkat 2,13% dibanding periode yang sama tahun 2022," kata Syahrul dalam rapat kerja bersama Komisi IV DPR RI di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (27/3/2023).
 
SYL, demikian sapaan akrabnya, juga merinci bahwa produksi gabah kering giling (GKG) sepanjang 2023 tercatat sebanyak 23,94 juta ton, meningkat 0,53% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Sementara itu, pada periode yang sama produksi beras sebanyak 13,79 juta ton, meningkat 0,56%.
 
“Dengan memperhatikan kondisi tersebut, menunjukkan bahwa ketersediaan pangan dari produksi dalam negeri menghadapi bulan Ramadhan dan hari raya Idul Fitri relatif aman,” lanjutnya.