Logo Bloomberg Technoz

Dolar AS Meroket Lagi, Rupiah Masih Terjebak di Rp16.200-an/US$

Tim Riset Bloomberg Technoz
29 April 2024 09:09

Karyawan merapihkan uang rupiah di salah satu bank di Jakarta, Selasa (16/1/2024). (Bloomberg Technoz/Andrean Kristianto)
Karyawan merapihkan uang rupiah di salah satu bank di Jakarta, Selasa (16/1/2024). (Bloomberg Technoz/Andrean Kristianto)

Bloomberg Technoz, Jakarta - Rupiah dibuka melemah dalam pembukaan perdagangan hari ini, Senin (29/4/2024), ke level Rp16.240/US$, kehilangan 0,2% nilainya dibanding posisi penutupan pekan lalu.

Pelemahan rupiah di awal perdagangan berjalan di tengah tren tekanan yang juga dialami oleh mayoritas mata uang Asia pagi ini. Won Korea Selatan masih melemah 0,46%, ringgit Malaysia 0,18%, dolar Taiwan 0,18%, baht 0,07% serta peso dan rupee India bergerak tipis.

Pelemahan rupiah dan mayoritas mata uang Asia pagi ini tak lain karena penguatan dolar Amerika Serikat (AS) yang kembali bangkit pasca data ekonomi negeri Paman Sam pekan lalu semakin mengikis peluang penurunan bunga The Fed. 

Indeks dolar AS yang mengukur kekuatan the greenback terhadap enam mata uang utama dunia pagi ini terpantau menguat lagi ke kisaran 106 di Asia. 

Secara teknikal nilai rupiah berpotensi melemah ke level koreksi terdekat menuju area level Rp16.250/US$ hingga Rp16.280/US$. Bila level itu tertembus, rupiah terkonfirmasi ke Rp16.300/US$ yang semakin menjauhi indikator MA-100 dan MA-50, resistance terkuat dalam time frame daily saat ini.

Setelah mengawali tahun dengan optimisme akan terjadi penurunan bunga acuan Fed fund rate (FFR) antara tiga sampai lima kali atau hingga 150 bps, sebagian karena petunjuk dot plot The Fed, kini pasar terjerembab dalam 'limbo' mendapati perekonomian AS masih sekuat itu. Ekspektasi pun susut menjadi tinggal satu kali pemangkasan tahun ini. Bahkan peluang tidak terjadi pivot sama sekali juga terbuka.

Pekan lalu, ada beberapa data penting yang telah dirilis yaitu data pertumbuhan ekonomi AS kuartal 1-2024, data inflasi PCE kuartal 1 serta data inflasi bulan Maret. Pada Kamis, pasar bergolak oleh aksi jual besar karena data inflasi PCE kuartal 1 yang jauh di atas perkiraan pasar. Namun, setelah data inflasi PCE Maret keluar sehari setelahnya, dan angkanya sesuai ekspektasi, tekanan jual di pasar Treasury agak mereda.

Menurut Estelle Ou, ekonom Bloomberg LP untuk Amerika, capaian pertumbuhane ekonomi AS pada kuartal 1-2024 sebesar 1,6%, lebih rendah ketimbang prediksi pasar, lebih karena kategori yang volatile membawa angkanya kesana. Namun, perincian dari data pertumbuhan ekonomi itu sebenarnya masih kuat.