Logo Bloomberg Technoz

Pasalnya ia sempat berencana untuk mengambil rumah dalam waktu dekat.

"Sebenarnya ini bikin stres, tapi karena nggak mau pusing, masih banyak hal lain yang sudah bikin pusing, yaudah pasrah aja, mau komplain juga gimana, huft. Kebutuhan naik, yaudah, b aja, merhatiin, tapi yaudah," ujarnya saat saat berbincang kepada Bloomberg Technoz, Kamis (25/4/2024).

"Sempet kepikir KPR, tapi bingung sama lokasi, sempet juga kepikiran apartemen. Tapi ya nanti tergantung pasangan kalau mau nikah aja deh. Tapi, kemungkinan besar sih maunya tinggal di rumah orang tua karena ku tak bisa meninggalkan orang tua," ceritanya.

Beda lagi dengan Mala (26) yang juga berprofesi sebagai karyawan swasta. Ia mengaku tak pernah memerhatikan soal kenaikan suku bunga dari BI dan belum ada kepikiran buat mengambil rumah KPR.

"Kalo KPR, jujur belum kepikiran soal itu. Kalo gue pribadi kayanya gak akan ambil opsi KPR. Pengennya bangun rumah sendiri aja berhubung gue punya warisan tanah,"ucapnya.

"Tapi kalo semisal duit belum cukup buat bangun rumah ya. Gue kayanya bakal cari kos-kosan yang bisa ditinggali pasutri sih. Sekarang kan banyak yak. Banyak juga pasutri yang gue liat mereka nge-kos. Sambi bangun rumahnya,"ceritanya.

Namun, Mala pun merasa khawatir bilamana kenaikan suku bunga ini menyasar pada kebutuhan pokok lainnya. Sebagai anak kos yang merantau dari daerah menyadari akan sesaknya biaya hidup yang cuman bergaji UMR standar Jakarta.

"Gue bayar kos-kosan saja udah engep, ditambah gue seringnya beli makan di luar dari pada masak sendiri karena keterbatasan gue juga. Meskipun beli kan tetap ngaruh yak harganya jadi naik dan segala macam,"keluhannya.

"Gue pengeluaran itu sekitar Rp3 juta- Rp4 jutaan karena ngekos plus ongkos selama menjalankan tugas korporat juga yak yang lebih banyak boncosnya daripada reimbursenya,"curhatnya.

Beda lagi dengan Fikri seorang pekerja media berusia 26 tahun. Ia mengaku sangat memperhatikan dengan adanya suku bunga yang kini naik. 

Pasalnya ia berencana akan menjalani cicilan KPR rumah dalam beberapa tahun ke depan agar bisa berpindah dari rumah kontrakan yang sudah ditinggalinya selama 4 bulan bersama sang istri.

"Kalau untuk strateginya mungkin gue bakal cari rumah yang second biar bisa jadi cicilannya lebih murah atau paling engga gue nabung lebih supaya DP besar dan cicilannya lebih ringan meskipun ada kenaikan bunga," ucapnya.

Fikri mengaku akan lebih irit dalam pengeluaran per bulan. di tengah adanya kenaikan suku bunga ini. Walaupun dirinya sudah menghadapi beberapa kewajiban yang harus ditanggung sebagai kepala keluarga.

"Mungkin ngirit tapi cuma dalam beberapa aspek, karna ada kebutuhan yang memang udah paten biayanya. Contoh: biaya listrik, kontrol usg. Pengeluaran biasanya Rp4juta-Rp5 juta," tandasnya.

(dec/spt)

No more pages