Logo Bloomberg Technoz

Dalam 5 tahun kepemimpinan periode pertamanya, Yang dihadapkan pada persaingan ketat antara 2 kekuatan ekonomi terbesar dunia, AS dan China, di sektor teknologi. Keduanya adalah mitra dagang terbesar Taiwan. Juga ada pandemi Covid-19.

Di periode keduanya, yang dimulai Februari 2023, ternyata tidak kalah menantang. Pengetatan moneter yang agresif oleh The Fed menyebabkan ketidakstabilan kurs dan investor kembali memilih aset-aset di AS yang menawarkan imbalan tinggi. Negara seperti Taiwan terpaksa menaikkan suku bunga acuan untuk menyesuaikan dengan The Fed dan meredam depresiasi nilai tukar mata uangnya.

Yang menaikkan suku bunga acuan 4 kali tahun lalu. Dalam 20 rapat sebelumnya, dia hanya menaikkan sekali. Suku bunga acuan Taiwan menyentuh titik terendah sepanjang sejarah di 1,125% yang terjadi pada 2020 kala awal pandemi.

Guncangan terbaru di sektor perbankan menambah ketidakpastian yang harus dihadapi oleh bank sentral. Yang sebelumnya menyatakan bahwa untuk negara kecil dan terbuka seperti Taiwan, maka “kenaikan suku bunga di AS adalah kenaikan suku bunga di Taiwan”. 

Yang memilih kebijakan bea impor serta pembatasan harga BBM dan listrik sebagai cara yang lebih efektif untuk mengelola inflasi.

Mayoritas ekonom yang disurvei Bloomberg memperkirakan suku bunga acuan di Taiwan tidak akan berubah hingga akhir tahun ini. Namun ini akan tergantung dari arah suku bunga The Fed dan proyeksi inflasi.

“Menahan suku bunga adalah hal yang sangat mungkin karena proyeksi ekonomi yang memburuk. Inflasi inti memang masih tinggi, tentu ini akan menjadi pertimbangan bank sentral Taiwan saat mereka mencoba melihat situasi ekonomi,” kata Heron Lim, Ekonom Moody’s Analytics.

(bbn)

No more pages