Logo Bloomberg Technoz

“[Ini terjadi] karena perang Ukraina belum selesai, pertempuran Hamas-Israel belum selesai dan ketegangan geopolitik laut merah karena tentara atau kelompok Houthi masih mengganggu distribusi minyak dunia.” 

Hari ini, harga minyak resmi memperpanjang kenaikan mendekati level tertinggi lima bulan setelah OPEC+ mengonfirmasi akan mempertahankan pengurangan pasokan. Brent untuk penyelesaian Juni naik 0,3% menjadi US$89,65 per barel pagi ini, mendekati level psikologis US$90 per barel. WTI untuk pengiriman Mei naik 0,3% menjadi US$85,72 per barel.

Grafik Minyak Dunia. (Sumber: Bloomberg)

Situasi Normal

Ryan menyebut harga minyak dunia dalam situasi normal seharusnya stabil dalam rentang US$75 per barel hingga US$80 per barel, baik untuk WTI maupun Brent.

Namun, peningkatan risiko geopolitik saat ini, baik di jalur Gaza hingga Laut Merah menyebabkan adanya disrupsi armada transportasi, di mana kapal pengangkut atau tanker milik Amerika Serikat, Inggris, bahkan negara-negara angota OPEC pun terganggu.

Dalam kaitan itu, kapal-kapal tanker minyak terpaksa mengubah rute, di mana seharusnya bisa melalui Laut Merah atau Terusan Suez, justru harus menempuh jalur memutar. “Memutar lewat pinggir Benua Afrika, lewat Etiopia dan sebagainya, yang mana memberikan dampak kenaikan biaya angkutan.”

Selain biaya angkutan mahal, perpanjangan rute juga menambah ongkos asuransi karena perpanjangan rute menyebabkan penambahan 30 hari pelayaran.

“Akibatnya saya amati [harga minyak dunia saat ini] US$85 per barel hingga US$87 per barel, itu juga dampak langsung peningkatan risiko geopolitik,” ujar Ryan.  

Ekspor minyak diesel dari Laut Baltik dan Laut Hitam

Eskalasi Konflik

Dihubungi terpisah, Kepala Ekonom PT Bank Central Asia Tbk (BCA) David Sumual juga mengestimasikan harga minyak dunia bisa melampaui US$100 per barel bila terjadi eskalasi konflik geopolitik di Timur Tengah.

Namun, harga minyak dunia juga berpotensi dalam kisaran US$85 per barel hingga US$95 per barel bila tidak terjadi eskalasi.

“Selain pemangkasan produski OPEC, kenaikan [harga minyak] terkait juga dengan perkembangan geopolitik di Timur Tengah. Kalau terjadi eskalasi kemungkinan akan mengarah ke lebih dari $100/barel,” ujar David.

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) sebelumnya menyatakan dana kompensasi yang disiapkan pemerintah untuk bensin jenis Pertalite berpotensi membengkak, seiring dengan terus naiknya harga minyak dunia pada saat Pertamina dituntut untuk menahan harga BBM di dalam negeri hingga Juni 2024.

Selain karena faktor harga minyak dunia yang terus naik, pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) juga memengaruhi biaya kompensasi yang harus dibayarkan pemerintah ke Pertamina.

Untuk diketahui, harga minyak dunia yang tinggi menyebabkan kenaikan harga impor BBM lantaran mengikuti Mean of Platts Singapore (MOPS). MOPS merupakan bagian biaya perolehan atas penyediaan BBM jenis bensin dan minyak solar dari produksi kilang dalam negeri dan/atau impor sampai dengan terminal/depot BBM.

“Iya [kompensasi lebih besar]. Secara rumusnya, kompensasi adalah beda harga keekonomian dan subsidi. Kalau harga naik, pasti bedanya besar [dan] dikalikan dengan volume,” ujar Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM Tutuka Ariadji kepada Bloomberg Technoz saat ditemui di kompleks parlemen, Rabu (3/4/2024).

Sekadar catatan, rupiah spot dibuka melemah lebih jauh dalam pembukaan perdagangan jelang libur panjang Lebaran, Kamis (4/4/2024), di tengah tren penguatan mata uang Asia. Mata uang Garuda dibuka di Rp15.937/US$ pada pukul 09:01 WIB, melemah 0,1% dari level penutupan hari sebelumnya.

(wdh)

No more pages