Logo Bloomberg Technoz

Dilaporkan Bloomberg News, ambruknya jembatan ikonik tersebut juga ditengarai akan menghambat, bahkan menghentikan ekspor batu bara dari pelabuhan selama 6 pekan ke depan.

Runtuhnya Jembatan Baltimore juga berpotensi menghalangi pengangkutan hingga 2,5 juta ton batu bara, kata Ernie Thrasher, CEO Xcoal Energy & Resources LLC.

Sejaitnya, Baltimore mengirimkan kurang dari 2% dari pasokan batubara global yang diangkut melalui laut.  Sehingga, runtuhnya jembatan hanya akan berdampak kecil pada harga global, kata Thrasher. 

Namun, dia juga mengatakan bahwa batubara yang keluar dari Baltimore itu mencakup banyak batubara termal tujuan India, yang digunakan untuk pembangkit listrik.

India sendiri tercatat sebagai salah satu negara yang mengonsumi batu bara terml terbesar dunia, setelah China.

Menurut pemerintah India, Baltimore mengirimkan sekitar 12 juta ton ke India tahun lalu, menurut catatan penelitian dari perusahaan analisis Energy Aspects. Itu berarti India mendapatkan sekitar 13% batubaranya melalui pelabuhan Baltimore.

Catatan Energy Aspects juga memperkirakan lalu lintas laut di Baltimore akan terganggu paling lama dua atau tiga minggu ke depan. Beberapa pengiriman batu bara untuk sementara mungkin dialihkan ke pelabuhan lain termasuk Norfolk, Virginia, tambah catatan itu.

Kemudian, gangguan pasokan ini dinilai akan lebih berdampak pada pasar batubara Asia dibandingkan pasar Eropa karena sebagian besar batubara yang diekspor dari Baltimore memiliki kandungan sulfur yang tinggi dan tidak cocok untuk pembangkit listrik di Eropa, menurut catatan dari perusahaan analisis komoditas DBX.

Sementara itu, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), salah satu negara tujua ekspor batu bara Indonesia terbesar adalah India, setelah China yang menepati posisi pertama.

Nilai ekspor batu bara Indonesia ke India mencapai US$7,54 miliar atau setara dengan Rp1113,5 triliun sepanjang 2023, dengan total volume mencapai 108,93 miliar kilogram (kg).

(ibn/dhf)

No more pages