Logo Bloomberg Technoz

Pada saat yang sama, Boeing memangkas proyeksi 2023 mereka dari 400—450 pengiriman 737 Max menjadi 375—400, karena diperlukannya pengerjaan ulang untuk memperbaiki cacat produksi pada jet tipe tersebut. 

Sepanjang tahun lalu, perusahaan mengirimkan total 387 jet 737 Max. Namun, Boeing memperkirakan hanya dapat meningkatkan produksi menjadi sekitar 50 jet 737 Max per bulan pada rentang 2025—2026.

“Untuk itu, kita dapat memperkirakan peningkatan jauh di atas 38 jet per bulan pada tahun ini. Target Boeing adalah 50 pesawat per bulan dibandingkan dengan tingkat sebelum kecelakaan/prapandemi sebanyak 52 pesawat 737 per bulan pada 2018,” tulis Forecast International.

Baru-baru ini, Boeing juga dilaporkan berencana meningkatkan produksi menjadi 52 pesawat jet per bulan pada Januari 2025.

Pabrikan yang bermarkas di Virginia, AS itu akan membuka jalur produksi 737 Max baru di Everett pada paruh kedua 2024. Jalur baru ini merupakan tambahan dari tiga jalur eksisting yang saat ini ada di Renton.

Boeing mengakhiri kuartal ketiga tahun lalu dengan persediaan 250 jet 737 Max, naik 22 unit dari kuartal II-2023. Pelanggan di China berjumlah 85 unit untuk pesawat ini.

Perusahaan memperkirakan sebagian besar jet yang diinventarisasi akan dikirimkan pada akhir 2024. Perusahaan juga masih memproduksi 737 NG, tetapi sekarang hanya memiliki 16 unit keluarga 737 dan 800 yang tersisa dalam inventaris.

Boeing 777-9, varian dari 777X terbang di Paris Air Show di Le Bourget, Paris, Prancis, Senin (19/6/2023). (Benjamin Girette/Bloomberg)


Pengiriman Pesawat Lainnya

Pada Agustus 2022, pengiriman Boeing 787 Dreamliner dilanjutkan kembali setelah penangguhan pengiriman yang berlangsung hampir 16 bulan. Boeing telah menangguhkan pengiriman Dreamliner pada Mei 2021 untuk kedua kalinya dalam waktu kurang dari setahun.

Pada Juni 2023, tingkat produksi 787 dinaikkan menjadi empat pesawat per bulan dan program ini saat ini beralih ke fase lima, diikuti dengan peningkatan lebih lanjut sebelum mencapai 10 pesawat per bulan pada 2025/2026.

Boeing mengakhiri kuartal ketiga tahun lalu dengan persediaan 75 Dreamliner, turun 10 unit dari kuartal sebelumnya.

Di sisi lain, program 747 menghentikan produksinya ketika pesawat terakhir dikirim ke Atlas Air pada Januari 2023. Adapun, program 767 saat ini memproduksi jet dengan kecepatan tiga unit per bulan, campuran dari kapal tanker KC-46 (berdasarkan 767-2C) dan 767-300 kapal barang.

Sementara itu, program 777 saat ini meluncurkan tiga pesawat per bulan. Sebagian besar pesawat yang tertinggal adalah 777 pesawat pengangkut, dengan hanya tersisa lima 777-300ER.

“Program 777 diharapkan mendapat tambahan baru pada akhir 2023 dengan pengiriman pertama 777X, tetapi pada musim semi 2022, Boeing mengumumkan hal ini tidak akan terjadi sebelum 2025,” papar laporan Forecast International

Pada 2022, Boeing meluncurkan kapal barang baru berbasis 777X, sehingga memperluas portofolio 777X dan kargonya. Pada jangka waktu 2025/26, Boeing memperkirakan dapat mengirimkan 4 unit 777 per bulan.

Dave Calhoun, chief executive officer Boeing. (Dok: Bloomberg)


Gangguan Arus Kas

Belum lama ini, Boeing Co memperingatkan bahwa pengawasan peraturan yang ketat dan perlambatan produksi pesawat 737 Max akibat kecelakaan pada pertengahan Januari akan menguras arus kas perusahaan pada masa yang akan datang.

Kepala Keuangan Boeing Brian West mengatakan di sela konferensi Bank of America di London pada Rabu (20/3/2024) bahwa arus kas keluar akan mencapai US$4 miliar hingga US$4,5 miliar pada kuartal pertama tahun ini.

Sementara itu, arus kas pada 2025—2026 diestimasikan keluar US$10 miliar. Untuk tahun ini, arus kas bebas akan berada di kisaran miliaran dolar digit tunggal, kata West.

“Kami saat ini belum bisa mengelola keuangan jangka pendek untuk mencapai target tersebut karena pekerjaan yang sedang kami tangani terkait stabilitas,” kata West dikutip Bloomberg.

“Harapan kami adalah untuk menjadi lebih bisa diprediksi dan dalam posisi yang lebih baik, tetapi itu membutuhkan waktu.”

West mengatakan margin pada bisnis pesawat komersial akan negatif sekitar 20% pada kuartal pertama, karena perusahaan membayar kompensasi atas kegagalan badan pesawat yang hampir membawa bencana pada pesawat Boeing 737 Max 9 pada 5 Januari.

Dampak dari insiden itu termasuk pengurangan tingkat produksi, yang akan lebih rendah di paruh pertama dan kemudian naik lagi di paruh kedua tahun ini.

Hasil investigasi terhadap Boeing 737 max 9. (Sumber: Bloomberg)

Harapan investor pun telah meredup untuk apa yang seharusnya menjadi tahun krusial dalam pemulihan pembuat pesawat ini dari pandemi dan penghentian produksi 737 Max secara global setelah dua kecelakaan pesawat.

Meskipun demikian, Boeing tidak kekurangan uang tunai, kata West. Pembuat pesawat ini memiliki cadangan yang cukup untuk membayar akuisisi Spirit AeroSystems Holdings Inc secara tunai dan utang dibandingkan menerbitkan saham baru.

Jika tercapai, kesepakatan itu akan membalikkan langkah outsourcing terbesar yang dilakukan Boeing setelah hampir 20 tahun, memungkinkan raksasa dirgantara tersebut untuk memperketat pengawasan terhadap pemasok komponen terpentingnya.

Analis Bloomberg memprediksi Boeing akan menghabiskan dana US$1,34 miliar selama kuartal ini, karena mereka menghadapi krisis lain yang menghantam sumber uang utama mereka. Ini merupakan kemunduran dari tahun lalu, ketika Boeing menghasilkan US$2,95 miliar dalam bentuk arus kas.

Di sisi lain, Federal Aviation Administration (FAA) baru-baru ini menekan Boeing untuk memperketat kontrolnya atas pengerjaan di pabrik dan pemasoknya setelah panel badan pesawat copot dari 737 Max milik Alaska Airlines yang baru pada 5 Januari.

Administrator FAA Michael Whitaker merasa khawatir setelah kunjungan baru-baru ini ke basis industri pabrikan di daerah Seattle. Dia prihatin bahwa peningkatan laju produksi telah mengikis budaya keselamatan Boeing.

“Prioritas mereka selama ini adalah produksi, bukan keselamatan dan kualitas,” kata Whitaker kepada NBC News pekan lalu.

(wdh)

No more pages